السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الْحَمْدُ لِلَّهِ بَارِئِ
النَّسَمِ ، وَمُحْيِي الرَّمَمِ وَمُجْزِلِ الْقَسَمِ ، مُبْدِعِ الْبَدَائِعِ ،
وَشَارِعِ الشَّرَائِعِ دِينًا رَضِيًّا ، وَنُورًا مَضِيًّا ، لِتَكْلِيفِ
الْمَحْجُوجِينَ ، وَوَعْدِ الْمُؤْتَمِرِينَ ، وَوَأْدِ الْمُعْتَدِينَ ،
بَيِّنَةً لِلْعَالَمِينَ ، عَلَى لِسَانِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ ، وَإِمَامِ
الْمُتَّقِينَ خَاتَمِ النَّبِيِّينَ ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ - صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى جَمِيعِ
الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ. اَشْهَدُ أَلَّا إِلهَ اِلَّا اللهُ اَلْمَلِكُ
الْحَقَّ الْمُبِيْن, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صَادِقُ وَعْدِ
الْأمِيْن. وَبَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ, وَخَيْرَ
الْهُدَى هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلَالَةٌ, وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِى النَّارِ. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ
المُهْتَدُ, وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ هَادِيًا وَلاَ نَصِيْرًا وَلاَ
وَلِيًّا.
حقيقة
الإيمان برسول الله
HAKIKAT IMAN KEPADA RASULULLAH
Diantara nikmat yang
Allah berikan kepada manusia juga seluruh alam adalah diutusnya para Rasul yang
menuntun manusia dari kegelapan menuju Islam.
Setelah beriman
kepada Allah maka kewajiban berikutnya adalah beriman kepada Rasulullah
Muhammad SAW, yang menjadi pondasi yang utama dari agama Islam. Sebab seluruh
pondasi yang lainnya dibangun di atas keimanan pada Allah dan Rasul-Nya.
Seorang yang tidak mengimani Rasulullah dan hanya beriman kepada Allah tidaklah
cukup, dan Iman menjadi batal, Sebagaimana sabda Nabi SAW,
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ اَنْ لإِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ …
“Artinya:
Islam itu dibangun di atas lima rukun , menyaksikan bahwa tiada sesembahan yang
haq selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya … (HR. Muslim I/45. Lihat Al-Bukhari I/13).
Juga
sabda beliau:
وَالَّذِيْ
نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لاَ يَسْمَعُ بِيْ اَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُ
مَّةِيَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَا نِيٌّ، ثَمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِىْ
اُرْسِلْتُ بِهِ اِلاَّ كَانَ مِنْ اَصْحَابِ النَّارِ (رواه مسلم)
“Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di
tanganNya! Tidak seorangpun yang mendengar tentang aku dari umat (manusia) ini,
seorang Yahudi atau Nasrani, kemudian meninggal dunia dan tidak beriman kepada
yang aku diutus karenanya, kecuali ia termasuk menjadi penduduk Neraka”. (HR. Muslim I/34).
Allah berfirman:
وَمَنْ يَّعْصِ اللهَ وَرَسُوْ لَهُ
فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَلِدِيْنَ فِيْهَآ أَبَدًا (الجن :23)
“Dan barang siapa yang mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah Neraka Jahanam, mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya”.
Bahkan
mereka akan ditimpa musibah dan adzab yang pedih, sebagaimana firman Allah:
dalam Al-Qur’an surat ke 24 An-Nur : 63.
فَلْيَحْذَر الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ
عَنْ أَمْرِهِ اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَويُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ النور:
63)
“Maka
hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa adzab yang pedih”.
Rasulullah
adalah manusia biasa, bukan malaikat dan bukan pula anak Tuhan. Beliau terlahir
dari jenis manusia, ayahanda beliau adalah Abdullah bin Abdul Muthalib dan
ibundanya adalah Aminah keduanya dari suku Quraisy di Makkah Al-Mukarramah,
keturunan Nabiyullah Ismail bin Ibrahim ‘alaihimas salam, Sebagai rahmat
dan jawaban atas permohonan Abal Ambiya’ Ibrahim alaihis salam, seperti
tercantum dalam firman Allah:
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيْهِمْ
رَسُوْلاً مِّنْهُمْ يَتْلُواْ عَلَيْهِمْ ءَايَتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ
وَالحِكْمَةَ وَيُزَكِّيْهِمْ إِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمَ (البقرة :
129)
Artinya : “Ya Tuhan kami, utuslah
untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan
Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Al-Baqarah: 129).
Allah menegaskan agar beliau menyatakan
tentang diri beliau, dengan firmanNya surat Al-Kahfi ayat 110 dan ayat-ayat
yang lain:
قُلْ إِنَّمَا أَنَاْ بَشَرٌ
مِّثْلُكُمْ يُوْحَى إِلَيَّ...(الكحف: 110)
“Katakan,
sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku, ……( Al-Kahfi : 110)
قُلْ لآَ أَقُوْلُ لَكُمْ عِندِيْ
خَزَا ئِنُ اللهِ وَلآ أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلآ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ
أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلّيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الأَعْمَى
وَالْبَصِيْرُ، أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ (الأنعام : 50)
“Katakan: “Aku tidak
megatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku
mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku
seorang malaikat. Aku tidak mengetahui kecuali yang diwahyukan kepadaku.
Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka
apakah kamu tidak memikirkan(nya)? (Al-An’am: 50).
Rasulullah juga berwasiat agar beliau
tidak dihormati secara berlebihan, seperti orang-orang Nasharo menghormati Nabi
Isa alaihis salam, atau dengan menjadikan kuburannya sebagai tempat
ibadah dengan meminta-minta padanya. Bahkan beliau tidak menyukai panggilan
yang berlebihan atau menghormati dengan berdiri diwaktu beliau hadir. Dari
sahabat Amr radhiallahu anwhu bahwa Rasulullah bersabda:
لاَ تَطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ
النَّصَارَى إِبْنَ مَرْيَمَ إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ. فَقُولُوا: عَبْدُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ.
“Janganlah kamu menghormati aku
(berlebihan) sebagaimana orang Nasrani menghormati Isa bin Maryam. Sesungguhnya
saya hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Hamba Allah dan RasulNya”.
Dari sahabat Jundab bin Abdullah
Rasulullah sebelum meninggal pernah berwasiat:
أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا القُبُوْرَ
مَسَاجِدَ فَإِنِّي أَنْهاَكُمْ عَنْ ذَلِكَ (رواه مسلم)
“Ingat-ingatlah, maka
janganlah kalian semua menjadikan kuburan sebagai masjid (tempat
memohon/shalat). Karena sesungguhnya aku melarang kalian semua dari perbuatan
itu”
(HR. Muslim). Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda:
لاَ تَجْعَلُواْ بُيُوْتَكُمْ
قُبُوْرًا. وَلاَ
تَجْعَلُوْا قَبْرِى عِيْدًا (رواه أبوداود)
“Janganlah engkau jadikan rumah-rumahmu
sebagai kuburan (sepi dari ibadah) dan jangan engkau jadikan kuburanku sebagai
tempat perayaan (HR. Abu Dawud).
Dari Ali bin Husain
bin Ali dari ayahnya, dari kakeknya, beliau mendengar dari Rasulullah:
لاَتَتَّخِذُواْ قَبْرِى عِيْدًا. وِلاَ بُيُوْ تَكُمْ قُبُوْرًا
فَإِنَّ تَسْلِيْمَكُمْ لِيِبْلُغُنِيْ أَيْنَمَا كُنْتُمْ
“Jangan engkau jadikan kuburanku
sebagai tempat perayaan, dan janganlah engkau jadikan rumah-rumah kamu sebagai
kuburan (tetapi ucapkanlah do’a salam kepadaku) karena sesungguhnya do’a
salammu sampai kepadaku di manapun kamu berada”. (Diriwayatkan dalam
kitab Al-Mukhta’ah).
Cara dan konsekwensi beriman kepada
Rasulullah adalah sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَرَحْمَتِى وَسِعَتْ كُلَّ شيء ٍ
فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُوْنَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَوتَ وَالَّذِيْنَ هُمْ
بَئآَتِنَا يُؤْمِنُوْنَ. اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيّ الأُمِّىَ
الَّذِي يَجِدُونَهُ, مَكْتُوْبًا
عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ يَأْ مُرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ
وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمْ الطَّيْبَتِ وَيُحَرَّمُ
عَلَيْهِمُ الْخَبَئِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ (الأعراف :106-107)
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.
Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang
menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”. (156) “
(yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka , yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka, segala yang baik dan mengharamkan mereka
dari segala yang buruk dan membuang bagi mereka beban-beban” (157).
Diantara cara beriman kepada Rasulullah
adalah sebagai berikut:
1. Meyakini
dengan penuh tanggung jawab akan kebenaran Nabi Muhammad dan apa yang oleh
beliau bawa, sebagaimana Allah menandaskan tentang ciri orang bertaqwa:
وَالَّذِيْ جَاءَ بِالصَّدْقِ
وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ (الزمر : 33)
“Dan
orang-orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah
orang-orang yang bertaqwa. (Az-Zumar : 33).
2. Ikhlas
mentaati Rasul dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh
larangannya. Allah berfirman:
وَاِنْ تُطِيْعُوْهُ تَهْتَدُوا وَمَا
عَلَى الرَّسُوْلِ اِلاَّ الْبَلغُ الْمُبِينَ (النور : 54)
“Dan jika kamu taat
kepadanya , niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu
melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”.
3. Mengikuti
ajaran pemikiran, pokok-pokok agama, hukum-hukum dan cabang cabangnya sesuai
dengan yang beliau ajarkan dengan ikhlas. Allah berfirman:
فَلاَ
وَربِّكَ لاَيُومِنُوْنَ حَتَّى يَحَكِّمُوكَ فِيْمَا شَجَرَبَيْنَهُمْ ثُمَّ
لاَيَجِدُواْ فِى أَنْفُسِهِمْ حَرَجًامِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ
تَسْلِيْمَا. (النساء : 65)
“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka persilisihkan, kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan ,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisa : 65).
4. Mencintai
beliau, keluarga, para sahabat dan segenap pengikutnya. Rasulullah bersabda:
لا يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى
أَكُوْنَ اَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
“Tidaklah beriman
seorang sehingga aku lebih dia cintai dari pada orang tuanya, anaknya dan
seluruh manusia (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
5. Membela
dan memperjuangkan ajaran Nabi serta berda’wah demi membebaskan ummat manusia
dari kegelapan/kedhaliman, kebatilan, kemungkaran dan kemaksiatan menuju kepada
cahaya kebenaran. Sebagaimana firman Allah:
فَالَّذِيْنَ
أَمَنُواْ بِهِ وَعَزَرُوهُ وَنَصَرُوْهُ وَتَبَعُواْ النُّوَرَالَّذِي أُنْزِلَ
مَعَهُ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ (الأعراف : 157)
“Maka orang-orang
yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang
beruntung” . (Al-’Araf:
157).
6. Meneladani
akhlaq dan kepemimpinan Nabi dalam setiap amalnya, Allah berfirman:
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِىرَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُواْ اللهَ
وَالْيَوْمِ الآَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا (الاحزاب : 21)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) orang-orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah
(Al-Ahzab:21).
7. Banyak
membaca shalawat dan salam kepada beliau terutama setelah disebut
namanya.
8. Waspada
dan berhati-hati dari ajaran-ajaran yang menyelisihi ajaran Nabi Muhammad SAW
seperti waspada dari syirik, tahayul, bid’ah, khurafat, itulah pernyataan Allah:
فَلْيَحْذَرِالَّذِيْنَ يُخَالِفُونَ
عَنْ اَمْرِهِ اَنْتُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْيُصِيْبِهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمَ (النور : 63)
“Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang telah
berangsur-angsur pergi diantara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka
hendaklah orang-orang yang menyalahi ajaran Rasul takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa azab yang pedih. (An-Nur : 63).
9. Mensyukuri
hidayah keimanan kepada Allah dan RasulNya dengan menjaga persatuan umat Islam
dan menghindari perpecahan dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan AS-Sunnah
shohihah. Itulah tegaknya agama:
شَرَعَ
لَكُمْ مِنَ الَّدِيْنِ مَا وَصَّى بِهِ نُوْحًا وَالَّذِيْ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ
وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَهِيْمَ وَمُوسَىا وَعِيْسَى اَنْ أَقِيْمُوا
الَّدِيْنَ وَلاَ تَتَفَرَّقُواْ فِيهِ (السورى : 13)
“Dia telah
mensyari’atkan bagi kaum tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama 1341)
dan janganlah kamu berpecah belah karenanya. (Asy-Syura: 13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar