Allah
Yang Menamai Anda Muslim
Beruntunglah Anda, karena ternyata "Allah-lah yang menamai anda Muslim sejak dahulu" (QS Al-Hajj 78). Jika anda melakukan ini, memilih Islam sebagai agama dan jalan kehidupan dengan kesadaran AKAL yang penuh, dan dengan dorongan PERASAAN yang tulus dan ikhlas, serta menjalaninya sebagai SIKAP dan PERILAKU dalam kehidupan pribadi, keluarga, sosial dan pekerjaan "Idkhulu Fis al-Silmi Kaaffah" (Masuklah ke dalam Islam secara menyeluruh) (QS Al Baqarah:208).
Tiga Tangga Berislam
Setiap kita harus melalui tiga tangga untuk mengaktualisasikan Islam dalam berbagai dimensi kehidupan kita; AFILIASI, PARTISIPASI, KONTRIBUSI.
AFILIASI adalah kita memahami dengan baik mengapa kita memilih Islam sebagai agama dan jalan hidup, yang membentuk Komitmen Aqidah kita kepada Islam, memahami satuan-satuan ajaran Islam sebagai sistem dan tatanan kehidupan sehingga kita mampu membaca dan memahami berbagai peristiwa dan masalah kehidupan dalam kacamata Islam, yang membentuk Komitmen Metodologi (syariah) kita kepada Islam, menjadikan Islam sebagai akhlak dan perilaku sehari-hari kita, sebagai pribadi, dalam keluarga, dalam masyarakat, dan dalam pekerjaan, yang membentuk Komitmen Sikap (Akhlak) kita kepada Islam. Inilah tahap Iman dan Amal Sholeh.
PARTISIPASI adalah setelah kita melalui tahap diri sendiri dalam lingkaran khusyu' Iman dan Amal Saleh, kita mulai terlibat dalam kehidupan sosial masayarakat Muslim sebagai salah satu peserta sosial yang Sadar dan Proaktif. Ada tiga hal yang harus Anda lakukan untuk ini;
1.. Memiliki rasa keprihatinan yang tinggi terhadap masalah-masalah kaum muslimin, sebab Nabi kita bersabda "Siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin, maka ia bukan dari golongan mereka"
2.. Memiliki sejumlah pengetahuan sosial-humaniora yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, agar keterlibatan kita dilakukan secara sadar, terarah dan dewasa "Berilmulah sebelum beramal" kata Imam al Bukhari
Kita juga harus mengetahui dan menguasai peta dan medan lingkungan sosial budaya dimana kita hidup, agar kita tahu cara memasuki dan merubah masyarakat kita ke arah Islam. Disini kita menjadi DA'I.
KONTRIBUSI adalah bahwa kita harus memilih satu bidang spesialisasi ilmu atau profesi dimana kita yakin bahwa dalam bidang tersebut kita bisa jadi expert (ulung). Kita tidak bisa menjadi segalanya, dan takkan pernah sanggup melakukan segalanya. Kemampuan kita terbatas. Maka kita harus tahu dimana persembahan kita yang setulus-tulusnya kepada Islam dan Umatnya. Ada empat bidang kontribusi yang diusulkan
1.. Kontribusi Pemikiran/Ilmiah (menjadi pemikir atau ilmuwan)
2.. Kontribusi Kepemimpinan (menjadi pemimpin)
3.. Kontribusi Profesional (menjadi Profesional)
4.. Kontribusi finansial (menjadi entrepreneur).
"Sungguh, semua manusia akan merugi, kecuali; manusia beriman, beramal saleh,
berwasiat kepada kebenaran, berwasiat kepada kesabaran' (QS Al-Ashr 1-3).
Beruntunglah Anda, karena ternyata "Allah-lah yang menamai anda Muslim sejak dahulu" (QS Al-Hajj 78). Jika anda melakukan ini, memilih Islam sebagai agama dan jalan kehidupan dengan kesadaran AKAL yang penuh, dan dengan dorongan PERASAAN yang tulus dan ikhlas, serta menjalaninya sebagai SIKAP dan PERILAKU dalam kehidupan pribadi, keluarga, sosial dan pekerjaan "Idkhulu Fis al-Silmi Kaaffah" (Masuklah ke dalam Islam secara menyeluruh) (QS Al Baqarah:208).
Tiga Tangga Berislam
Setiap kita harus melalui tiga tangga untuk mengaktualisasikan Islam dalam berbagai dimensi kehidupan kita; AFILIASI, PARTISIPASI, KONTRIBUSI.
AFILIASI adalah kita memahami dengan baik mengapa kita memilih Islam sebagai agama dan jalan hidup, yang membentuk Komitmen Aqidah kita kepada Islam, memahami satuan-satuan ajaran Islam sebagai sistem dan tatanan kehidupan sehingga kita mampu membaca dan memahami berbagai peristiwa dan masalah kehidupan dalam kacamata Islam, yang membentuk Komitmen Metodologi (syariah) kita kepada Islam, menjadikan Islam sebagai akhlak dan perilaku sehari-hari kita, sebagai pribadi, dalam keluarga, dalam masyarakat, dan dalam pekerjaan, yang membentuk Komitmen Sikap (Akhlak) kita kepada Islam. Inilah tahap Iman dan Amal Sholeh.
PARTISIPASI adalah setelah kita melalui tahap diri sendiri dalam lingkaran khusyu' Iman dan Amal Saleh, kita mulai terlibat dalam kehidupan sosial masayarakat Muslim sebagai salah satu peserta sosial yang Sadar dan Proaktif. Ada tiga hal yang harus Anda lakukan untuk ini;
1.. Memiliki rasa keprihatinan yang tinggi terhadap masalah-masalah kaum muslimin, sebab Nabi kita bersabda "Siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin, maka ia bukan dari golongan mereka"
2.. Memiliki sejumlah pengetahuan sosial-humaniora yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, agar keterlibatan kita dilakukan secara sadar, terarah dan dewasa "Berilmulah sebelum beramal" kata Imam al Bukhari
Kita juga harus mengetahui dan menguasai peta dan medan lingkungan sosial budaya dimana kita hidup, agar kita tahu cara memasuki dan merubah masyarakat kita ke arah Islam. Disini kita menjadi DA'I.
KONTRIBUSI adalah bahwa kita harus memilih satu bidang spesialisasi ilmu atau profesi dimana kita yakin bahwa dalam bidang tersebut kita bisa jadi expert (ulung). Kita tidak bisa menjadi segalanya, dan takkan pernah sanggup melakukan segalanya. Kemampuan kita terbatas. Maka kita harus tahu dimana persembahan kita yang setulus-tulusnya kepada Islam dan Umatnya. Ada empat bidang kontribusi yang diusulkan
1.. Kontribusi Pemikiran/Ilmiah (menjadi pemikir atau ilmuwan)
2.. Kontribusi Kepemimpinan (menjadi pemimpin)
3.. Kontribusi Profesional (menjadi Profesional)
4.. Kontribusi finansial (menjadi entrepreneur).
"Sungguh, semua manusia akan merugi, kecuali; manusia beriman, beramal saleh,
berwasiat kepada kebenaran, berwasiat kepada kesabaran' (QS Al-Ashr 1-3).
PERJALANAN
MENEMUKAN JATI DIRI
Menyerap Islam Kedalam Kepribadian Kita Selalu ada pertanyaan yang tersisa bagi mereka yang telah memutuskan untuk menjadikan dirinya sebagai Model Manusia Muslim yang menjadi simbol pesona Abad 21. Persoalan itu adalah bagaimana ia mengadaptasikan kualifikasi manusia Muslim Ideal itu kedalam kerangka ruang kepribadiannya. Itu karena, wadah kepribadian kita terbatas, kita hanya bisa menjadi muslim yang ideal dalam batasan wadah kepribadian itu.
Untuk itu kita harus melakukan tiga langkah :
1.. Mengetahui kualifikasi Model Manusia Muslim. Dan ini sudah dijelaskan sebelumnya
2.. Mengetahui dan mengenal diri kita sendiri dengan baik dan
3.. Melakukan pengadaptasian antara model ideal dengan kepribadian dan potensi diri kita yang riil.
Menyerap Islam Kedalam Kepribadian Kita Selalu ada pertanyaan yang tersisa bagi mereka yang telah memutuskan untuk menjadikan dirinya sebagai Model Manusia Muslim yang menjadi simbol pesona Abad 21. Persoalan itu adalah bagaimana ia mengadaptasikan kualifikasi manusia Muslim Ideal itu kedalam kerangka ruang kepribadiannya. Itu karena, wadah kepribadian kita terbatas, kita hanya bisa menjadi muslim yang ideal dalam batasan wadah kepribadian itu.
Untuk itu kita harus melakukan tiga langkah :
1.. Mengetahui kualifikasi Model Manusia Muslim. Dan ini sudah dijelaskan sebelumnya
2.. Mengetahui dan mengenal diri kita sendiri dengan baik dan
3.. Melakukan pengadaptasian antara model ideal dengan kepribadian dan potensi diri kita yang riil.
Mengapa Kita Perlu Mengenal Diri Sendiri ?
Mengapa kita perlu mengenal diri kita sendiri ? Karena,
1.. Allah mengatakan "Bertaqwalah kepada Allah menurut kemampuanmu" (QS Al-Taghabun 16)". Ini berarti bahwa Allah mengetahui keterbatasan kita sebagai manusia, dan dalam keterbatasan kita itulah Ia ingin kita berislam
2.. Nabi kita tercinta, Muhammad SAW, juga bersabda, "Allah merahmati seseorang yang mengetahui kadar kemampuan dirinya". Sebab dengan mengetahui kadar kemampuan diri sendiri kita bisa memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan
3.. Ibnul Qoyyim juga mengatakan "Ada dua pengetahuan paling penting dan mendasar bagi setiap Muslim, Ma'rifatullah (pengetahuan tentang Allah), dan Ma'rifatunnafs (pengetahuan tentang diri sendiri).
Mengapa kita perlu mengenal diri kita sendiri ? Karena,
1.. Allah mengatakan "Bertaqwalah kepada Allah menurut kemampuanmu" (QS Al-Taghabun 16)". Ini berarti bahwa Allah mengetahui keterbatasan kita sebagai manusia, dan dalam keterbatasan kita itulah Ia ingin kita berislam
2.. Nabi kita tercinta, Muhammad SAW, juga bersabda, "Allah merahmati seseorang yang mengetahui kadar kemampuan dirinya". Sebab dengan mengetahui kadar kemampuan diri sendiri kita bisa memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan
3.. Ibnul Qoyyim juga mengatakan "Ada dua pengetahuan paling penting dan mendasar bagi setiap Muslim, Ma'rifatullah (pengetahuan tentang Allah), dan Ma'rifatunnafs (pengetahuan tentang diri sendiri).
Tiga
Tingkatan Konsep Diri
Apa yang dimaksud dengan mengenal diri sendiri atau konsep diri ? Konsep diri biasanya diartikan sebagai; "VISI kita tentang diri kita, tentang A sampai Z dari ruang kepribadian kita, persepsi kita tentang diri kita, cara kita melihat dan memandang diri kita, yaitu diri kita yang kini ada dan diri kita yang kita inginkan di masa mendatang". Dalam pengertian ini setiap orang memiliki konsep diri, tapi ada yang menyadarinya, ada pula yang tidak menyadarinya.
Nah, siapakah yang membentuk visi kita tentang diri kita ? Ini adalah tingkatan konsep diri :
1.. Aku Diri, yaitu diri kita seperti yang kita pahami
2.. Aku Sosial, diri kita seperti yang dipahami orang lain (lingkungan keluarga, sosial, pergaulan, kerja dan organisasi)
3.. Aku Ideal, diri kita seperti yang sebaiknya ada dan yang kita inginkan di masa mendatang. Aku Ideal kita adalah Model Manusia Muslim yang telah disebutkan.
Karena Aku Diri dan Aku Sosial bisa benar bisa salah, maka keduanya harus diletakkan dalam konteks Aku Ideal. Dengan begitu kita menyerap Aku Ideal kedalam Aku Diri. Maka Abu Bakar al-Shidiq mengajari kita sebuah doa," Ya Allah, ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui tentang diriku, dan jadikanlah aku lebih mulia dari apa yang mereka duga".
Apa yang dimaksud dengan mengenal diri sendiri atau konsep diri ? Konsep diri biasanya diartikan sebagai; "VISI kita tentang diri kita, tentang A sampai Z dari ruang kepribadian kita, persepsi kita tentang diri kita, cara kita melihat dan memandang diri kita, yaitu diri kita yang kini ada dan diri kita yang kita inginkan di masa mendatang". Dalam pengertian ini setiap orang memiliki konsep diri, tapi ada yang menyadarinya, ada pula yang tidak menyadarinya.
Nah, siapakah yang membentuk visi kita tentang diri kita ? Ini adalah tingkatan konsep diri :
1.. Aku Diri, yaitu diri kita seperti yang kita pahami
2.. Aku Sosial, diri kita seperti yang dipahami orang lain (lingkungan keluarga, sosial, pergaulan, kerja dan organisasi)
3.. Aku Ideal, diri kita seperti yang sebaiknya ada dan yang kita inginkan di masa mendatang. Aku Ideal kita adalah Model Manusia Muslim yang telah disebutkan.
Karena Aku Diri dan Aku Sosial bisa benar bisa salah, maka keduanya harus diletakkan dalam konteks Aku Ideal. Dengan begitu kita menyerap Aku Ideal kedalam Aku Diri. Maka Abu Bakar al-Shidiq mengajari kita sebuah doa," Ya Allah, ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui tentang diriku, dan jadikanlah aku lebih mulia dari apa yang mereka duga".
MERENCANAKAN
PENGEMBANGAN DIRI
MEMBANGUN RUMAH SENDIRI DI AKHIRAT
Merenungi Sejarah Sang Rasul
Pernahkah anda mencoba meruntut jejak-jejak kehidupan sang Rasul tercinta,
Muhammad SAW ? Perhatikanlah tiga tahapan penting dalam kehidupannya :
1.. Sebelum kenabian dari usia 0 sampai 40 tahun
2.. Dakwah di Mekkah dari usia 40 sampai 53 tahun (atau selama 13 tahun)
3.. Dakwah di Medinah dari usia 53 sampai 63 tahun (atau selama 10 tahun). Usia 40 tahun pertama dibagi du tahap, (1) Sebelum menikah, 0 sampai 25 tahun, (2) Setelah menikah, 25 sampai 40 tahun. Pada usia 25 tahun pertama, beliau telah menyerap seluruh pengalaman dasar kehidupan, hidup di pedalaman padang pasir Bani Sa'ad yang memberinya kekuatan fisik dan kedekatan dengan alam, merasakan kesendirian ketika ayah, ibu dan kakek tercinta meninggal yang memberinya ketabahan dan kemandirian, bekerja mencari nafkah dengan mengembala kambing dan berdagang, pengalaman internasional dengan ikut serta dalam kafilah dagang Abu Thalib, pengalaman militer dalam perang Fijar, pengalaman diplomasi politik, berdagang bersama Khadijah sampai menikah dengannya. 15 tahun sebelum menjadi Rasul beliau terlibat penuh dengan dalam berbagai kegiatan sosial sebagai manusia dewasa, menjadi pemersatu dalam konflik
pemasangan Kiswah Ka'bah sampai digelari al-amin, bertahannuts di Gua Hira selama 3 tahun (37-40 tahun) sebagai wacana pengkondisian spiritual menjelang kenabian sampai beliau menerima wahyu.
Setelah menjadi Rasul beliau melakukan dakwah di Mekkah dalam tiga tahap; (1) Dakwah secara rahasia terhadap individu-individu potensial tertentu selama 3 tahun, (2) Dakwah kolektif secara terbuka selama 7 tahun, (3) Persiapan pembentukan masyarakat Islam Madinah selama 3 tahun. Ketika berada di Madinah, beliau juga melakukan dakwah dalam tiga tahap; (1) Konsolidasi dan peneguhan eksistensi masyarakat Islam yang baru berdiri selama 1 tahun, (2) Menciptakan
dan mempertahankan stabilitas negara dari invasi militer luar selama 5 tahun, (3) Mulai melakukan jihad ekspansi dan perluasan wilayah Islam selama 4 tahun terakhir dari usia beliau.
Demikianlah Rasul kita tercinta, Muhammad SAW, menjalani hidup yang sarat dengan misi, sarat beban, sarat hasil dalam satu melodi Life Time Chart yang begitu indah. Jika beliau memulai kenabian dengan wahyu Iqro' ('bacalah':QS A-alaq 1), maka beliau menutupnya dengan wahyu "Al yauma Akmaltu Lakum Diinakum" (Hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu; QS Al-maidah:3). Dan untuk kesuksesan serta keteladanannya, beliau menyebut kata kuncinya; "Allah-lah yang mendidikku, maka Ia mendidikku sebaik-baiknya."
Membangun Rumah Sendiri di Negri Akhirat
Merencanakan atau mebuat proyeksi pengembangan, dengan begitu, merupakan bagian dari cara kita meneladani Rasul kita, Muhammad SAW. Ini masalah yang teramat penting bagi setiap muslim, karenanya Allah berfirman; "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap jiwa melihat apakah kiranya yang telah ia siapkan untuk hari esoknya, (sekali lagi) bertakwalah kepadaNya, karena Ia mengetahui semua yang kamu lakukan."(QS al-Hasyr 18). Dan "orang pintar itu," kata Rasulullah SAW,"adalah orang yang berjuang menundukkan dirinya dan bekerja untuk hari sesudah matinya."(Tirmizi dan Ahmad). Jadi, merencanakan pengembangan diri itu seperti membangun rumah sendiri di akhirat.
MEMBANGUN RUMAH SENDIRI DI AKHIRAT
Merenungi Sejarah Sang Rasul
Pernahkah anda mencoba meruntut jejak-jejak kehidupan sang Rasul tercinta,
Muhammad SAW ? Perhatikanlah tiga tahapan penting dalam kehidupannya :
1.. Sebelum kenabian dari usia 0 sampai 40 tahun
2.. Dakwah di Mekkah dari usia 40 sampai 53 tahun (atau selama 13 tahun)
3.. Dakwah di Medinah dari usia 53 sampai 63 tahun (atau selama 10 tahun). Usia 40 tahun pertama dibagi du tahap, (1) Sebelum menikah, 0 sampai 25 tahun, (2) Setelah menikah, 25 sampai 40 tahun. Pada usia 25 tahun pertama, beliau telah menyerap seluruh pengalaman dasar kehidupan, hidup di pedalaman padang pasir Bani Sa'ad yang memberinya kekuatan fisik dan kedekatan dengan alam, merasakan kesendirian ketika ayah, ibu dan kakek tercinta meninggal yang memberinya ketabahan dan kemandirian, bekerja mencari nafkah dengan mengembala kambing dan berdagang, pengalaman internasional dengan ikut serta dalam kafilah dagang Abu Thalib, pengalaman militer dalam perang Fijar, pengalaman diplomasi politik, berdagang bersama Khadijah sampai menikah dengannya. 15 tahun sebelum menjadi Rasul beliau terlibat penuh dengan dalam berbagai kegiatan sosial sebagai manusia dewasa, menjadi pemersatu dalam konflik
pemasangan Kiswah Ka'bah sampai digelari al-amin, bertahannuts di Gua Hira selama 3 tahun (37-40 tahun) sebagai wacana pengkondisian spiritual menjelang kenabian sampai beliau menerima wahyu.
Setelah menjadi Rasul beliau melakukan dakwah di Mekkah dalam tiga tahap; (1) Dakwah secara rahasia terhadap individu-individu potensial tertentu selama 3 tahun, (2) Dakwah kolektif secara terbuka selama 7 tahun, (3) Persiapan pembentukan masyarakat Islam Madinah selama 3 tahun. Ketika berada di Madinah, beliau juga melakukan dakwah dalam tiga tahap; (1) Konsolidasi dan peneguhan eksistensi masyarakat Islam yang baru berdiri selama 1 tahun, (2) Menciptakan
dan mempertahankan stabilitas negara dari invasi militer luar selama 5 tahun, (3) Mulai melakukan jihad ekspansi dan perluasan wilayah Islam selama 4 tahun terakhir dari usia beliau.
Demikianlah Rasul kita tercinta, Muhammad SAW, menjalani hidup yang sarat dengan misi, sarat beban, sarat hasil dalam satu melodi Life Time Chart yang begitu indah. Jika beliau memulai kenabian dengan wahyu Iqro' ('bacalah':QS A-alaq 1), maka beliau menutupnya dengan wahyu "Al yauma Akmaltu Lakum Diinakum" (Hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu; QS Al-maidah:3). Dan untuk kesuksesan serta keteladanannya, beliau menyebut kata kuncinya; "Allah-lah yang mendidikku, maka Ia mendidikku sebaik-baiknya."
Membangun Rumah Sendiri di Negri Akhirat
Merencanakan atau mebuat proyeksi pengembangan, dengan begitu, merupakan bagian dari cara kita meneladani Rasul kita, Muhammad SAW. Ini masalah yang teramat penting bagi setiap muslim, karenanya Allah berfirman; "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap jiwa melihat apakah kiranya yang telah ia siapkan untuk hari esoknya, (sekali lagi) bertakwalah kepadaNya, karena Ia mengetahui semua yang kamu lakukan."(QS al-Hasyr 18). Dan "orang pintar itu," kata Rasulullah SAW,"adalah orang yang berjuang menundukkan dirinya dan bekerja untuk hari sesudah matinya."(Tirmizi dan Ahmad). Jadi, merencanakan pengembangan diri itu seperti membangun rumah sendiri di akhirat.
Apakah
anda sudah punya Master Plan dan Maketnya ? Kalau mau jadi orang pintar, buatlah
dulu master plan dan maket itu ! Kalau kita punya master plan untuk hari esok,
maka; (1) Kita dapat menjalani hidup lebih mudah, lebih efektif dan efisien,
(2) "Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya." Jadi kalau kita
mati sebelummelakukan semuanya, kita sudah dapat pahala niat.
BAGAIMANA
MEMBANGUN MOTIVASI DAN KEMAUAN ?
Kekuatan Kemauan
"Orang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah." sabda Rasulullah SAW. Dan sesungguhnya yang membuat seseorang menjadi begitu kuat, salah satunya yang terpenting adalah kekuatan kemauannya. Karena kemauan yg kuat, kekuatan akal dan keberanian bertemu padu.
Mengumpulkan Tenaga
Inilah langkah pertama, mengumpulkan tenaga. Sebab kemauan adalah jembatan yang menghubungkan pikiran dengan tindakan, karena itu kemauan kita bergantung kepada tenaga fisik dan jiwa kita sekaligus. Jika tenaga fisik dan jiwa kita kuat, maka kemauan kita juga akan menguat. Dan inilah langkah-langkahnya :
1.. Kesadaran yang jelas, kuat dan terus menerus akan TUJUAN HIDUP kita, atau titik akhir yang ingin kita capai dalam hidup. Dan ini hanya mungkin terjadi jika tujuan hidup serta target-target jangka panjang, menengah, dan pendek kita terdefinisi dengan jelas.
2.. Mengetahui MANFAAT dari suatu perbuatan atau pekerjaan, sebab manfaat itu memiliki daya dorong yang tinggi terhadap jiwa kita. Manfaat itu bisa bersifat duniawi, bisa juga ukhrawi.
3.. Jangan MEMBUANG TENAGA secara percuma. Ada beberapa hal yang sering menguras tenaga saraf dan jiwa secara berlebihan, seperti marah, terlalu banyak bicara, mencari penghargaan orang lain. Karena itu Rasulullah SAW mengatakan; "Jangan marah dan kamu akan masuk syurga." Dan "orang mukmin itu tidak terlalu banyak bicara." Dan prinsip ikhlas kita untuk tidak menjadikan penghargaan orang lain sebagai tujuan dari tindakan kita.
4.. Meninggalkan masalah-masalah sepele. Sebab masalah-masalah besar masih jauh lebih banyak. Nabi kita bersabda,"Diantara tanda-tanda baiknya keislaman seseorang adalah bahwa ia meninggalkan urusan yang tidak penting baginya."
5.. Kemampuan berkonsentrasi, karena perhatian dan pikiran yang pecah akan menguras terlalu banyak tenaga dan akhirnya melelahkan kita.
6.. Istirahat dan tidur yang cukup.
Kekuatan Kemauan
"Orang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah." sabda Rasulullah SAW. Dan sesungguhnya yang membuat seseorang menjadi begitu kuat, salah satunya yang terpenting adalah kekuatan kemauannya. Karena kemauan yg kuat, kekuatan akal dan keberanian bertemu padu.
Mengumpulkan Tenaga
Inilah langkah pertama, mengumpulkan tenaga. Sebab kemauan adalah jembatan yang menghubungkan pikiran dengan tindakan, karena itu kemauan kita bergantung kepada tenaga fisik dan jiwa kita sekaligus. Jika tenaga fisik dan jiwa kita kuat, maka kemauan kita juga akan menguat. Dan inilah langkah-langkahnya :
1.. Kesadaran yang jelas, kuat dan terus menerus akan TUJUAN HIDUP kita, atau titik akhir yang ingin kita capai dalam hidup. Dan ini hanya mungkin terjadi jika tujuan hidup serta target-target jangka panjang, menengah, dan pendek kita terdefinisi dengan jelas.
2.. Mengetahui MANFAAT dari suatu perbuatan atau pekerjaan, sebab manfaat itu memiliki daya dorong yang tinggi terhadap jiwa kita. Manfaat itu bisa bersifat duniawi, bisa juga ukhrawi.
3.. Jangan MEMBUANG TENAGA secara percuma. Ada beberapa hal yang sering menguras tenaga saraf dan jiwa secara berlebihan, seperti marah, terlalu banyak bicara, mencari penghargaan orang lain. Karena itu Rasulullah SAW mengatakan; "Jangan marah dan kamu akan masuk syurga." Dan "orang mukmin itu tidak terlalu banyak bicara." Dan prinsip ikhlas kita untuk tidak menjadikan penghargaan orang lain sebagai tujuan dari tindakan kita.
4.. Meninggalkan masalah-masalah sepele. Sebab masalah-masalah besar masih jauh lebih banyak. Nabi kita bersabda,"Diantara tanda-tanda baiknya keislaman seseorang adalah bahwa ia meninggalkan urusan yang tidak penting baginya."
5.. Kemampuan berkonsentrasi, karena perhatian dan pikiran yang pecah akan menguras terlalu banyak tenaga dan akhirnya melelahkan kita.
6.. Istirahat dan tidur yang cukup.
Menggunakan Tenaga
Inilah langkah kedua. Ada bebrapa prinsip yang berlaku disini:
1.. KETERATURAN. Ini merupakan salah satu nilai Islam yang mengharuskan adanya schedule yang jelas bagi seluruh aktifitas kita. Schedule yang baik adalah schedule yang dipelajari dan dibangun diatas suatu VISI, STRATEGI, dan PERENCANAAN hidup yang baik dan matang. Karena itu Ali mengatakan, "Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir"
2.. KESEIMBANGAN. Artinya, semua dimensi hidup kita harus diberi hak secara seimbang. Sebab, keluarga kita punya hak atas kita, badan kita juga demikian dan seterusnya.
3.. MODERASI. Artinya sifat pertengahan (I'tidal) dalam segala hal dan menghidari sifat berlebihan, termasuk dalam ibadah. Sebab Rasul SAW mengatakan,"hanya dengan sifat pertengahan (sederhana) kamu akan sampai (tujuan)."
4.. FOKUS. Prinsip ini mengharuskan kita menentukan TARGET sebagai fokus yang ingin kita capai. Sebab fokus membantu kita berkonsentrasi dan memusatkan penggunaan tenaga.
Inilah langkah kedua. Ada bebrapa prinsip yang berlaku disini:
1.. KETERATURAN. Ini merupakan salah satu nilai Islam yang mengharuskan adanya schedule yang jelas bagi seluruh aktifitas kita. Schedule yang baik adalah schedule yang dipelajari dan dibangun diatas suatu VISI, STRATEGI, dan PERENCANAAN hidup yang baik dan matang. Karena itu Ali mengatakan, "Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir"
2.. KESEIMBANGAN. Artinya, semua dimensi hidup kita harus diberi hak secara seimbang. Sebab, keluarga kita punya hak atas kita, badan kita juga demikian dan seterusnya.
3.. MODERASI. Artinya sifat pertengahan (I'tidal) dalam segala hal dan menghidari sifat berlebihan, termasuk dalam ibadah. Sebab Rasul SAW mengatakan,"hanya dengan sifat pertengahan (sederhana) kamu akan sampai (tujuan)."
4.. FOKUS. Prinsip ini mengharuskan kita menentukan TARGET sebagai fokus yang ingin kita capai. Sebab fokus membantu kita berkonsentrasi dan memusatkan penggunaan tenaga.
Mengembalikan
Tenaga
Setelah menggunakan tenaga, kita harus mampu mengembalikannya lagi melalui cara berikut,
1.. KHALWAT. Khalwat adalah kegiatan yang sangat dianjurkan Rasulullah SAW dan beliau lakukan selama 3 tahun menjelang kenabian. Ini berguna dalam mengembalikan kesegaran jiwa dan konsentrasi.
2.. MUHASABAH. Evaluasi membantu kita melakukan perbaikan selanjutnya.
3.. PERJALANAN. Travelling berguna dalam memberi inspirasi kepada kita
4.. PENJADWALAN KEMBALI. Merubah dan dan menjadwal ulang semua kegiatan akan memberi penyegaran jiwa dan semangat baru bagi kita.
MARI KITA KUATKAN KEPRIBADIAN KITA DENGAN KEKUATAN KEMAUAN.
SEMOGA ALLAH MEMBANTU DAN MEMUDAHKAN PERJUANGAN KITA.
Setelah menggunakan tenaga, kita harus mampu mengembalikannya lagi melalui cara berikut,
1.. KHALWAT. Khalwat adalah kegiatan yang sangat dianjurkan Rasulullah SAW dan beliau lakukan selama 3 tahun menjelang kenabian. Ini berguna dalam mengembalikan kesegaran jiwa dan konsentrasi.
2.. MUHASABAH. Evaluasi membantu kita melakukan perbaikan selanjutnya.
3.. PERJALANAN. Travelling berguna dalam memberi inspirasi kepada kita
4.. PENJADWALAN KEMBALI. Merubah dan dan menjadwal ulang semua kegiatan akan memberi penyegaran jiwa dan semangat baru bagi kita.
MARI KITA KUATKAN KEPRIBADIAN KITA DENGAN KEKUATAN KEMAUAN.
SEMOGA ALLAH MEMBANTU DAN MEMUDAHKAN PERJUANGAN KITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar