BAB
I
PENDAHULUAN
Sekitar
dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol berada di bawah
Imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Vandal, yaitu
bangsa yang berimigrasi dari negeri asal mereka yaitu suatu daerah yang
terletak di antara Sungai Order dan Vistuala. Pengusa daerah ini mendirikan
kerajaan di propinsi wilayah Chartage. Kekuasaan Vandal ini kemudian diambil
alih oleh orang-orang Gothic, maka didirikanlah kerajaan Visigoth, yang wilayah
itu dikenal dengan Vandalusia. Dan setelah kedatangan orang-orang Islam pada
tahun 92 H/711 M, sebutan Vandalusia diubah menjadi Andalusia atau Andalus.
Kehadiran
orang-orang Islam di Spanyol merupakan awal munculnya Islam di benua Eropa
karena Spanyol merupakan pintu gerbang bagi benua tersebut. Sebagaimana
diinformasikan dalam buku-buku sejarah, ekspansi Islam ke Wilayah Barat (dalam
hal ini Eropa bagian Barat) terjadi pada masa kekhilafahan Bani Umayyah dengan
khalifah Al-Walid bin Ibnu Malik.
Pada
saat itu Musa Bin Nushair, sebagai penglima perang khalifah dan Thariq bin
Ziyad sebagai komandan lapangan, dimana keduanya dianggap sebagai tokoh pelaku
utama atas masuknya Islam di Spanyol. Mereka berhasil menguasai wilayah Afrika
Utara dan kemudian menyeberang ke Benua Eropa. Setelah masuknya Islam di Spanyol
maka banyaklah kemajuan-kemajuan yang diperoleh dan hal ini dapat dilihat dari
banyaknya tokoh-tokoh dan para ilmuwan yang muncul dari sana. Namun setelah
berabad-abad lamanya Islam menguasai Spanyol, Islam mulai mengalami kemunduran
dan kehancuran, bahkan kemudian Islam hilang dari bumi tersebut. Hal ini
disebabkan dari berbagai fakor.
RUMUSAN MASALAH
A. Kondisi Spanyol Pra Islam
B. Masuknya Islam di Spanyol
C. Perkembangan Islam di Spanyol
RUMUSAN MASALAH
A. Kondisi Spanyol Pra Islam
B. Masuknya Islam di Spanyol
C. Perkembangan Islam di Spanyol
BAB
II
ISLAM
DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA
A. Kondisi Spanyol Pra
Islam
Jazirah
ini dulu bernama Iberia (kurang lebih 93% wilayah Spanyol, sisanya Portugal).
Setelah bangsa Romawi berkuasa di sana pada abad yang kedua mereka menamainya
dengan “Asbania” yang berarti “Pantai Marmot”. Karena orang-orang Punisia
ketika singgah di semenanjung itu nampaklah kawanan-kawanan Marmot. Sesudah
bangsa Romawi, bagian semenanjung selatan itu juga pernah takluk kepada
suku-suku bangsa Vandal pada abad kelima. Sesudah itu bangsa Goth menyerang
pula pada permulaan abad keenam. Mereka mengusir bangsa Vandal ke Afrika Utara.
Pada
masa Islam, Spanyol dikenal dengan sebutan Andalusia yang berasal dari kata
“Vandalusia” berarti negeri bangsa Vandal.. Andalusia terletak di benua Eropa
barat daya, dengan batas di timur dan tenggara adalah Laut Tengah, di selatan
Benua Afrika yang terhalang oleh Selat Gibraltar, di barat Samudera Atlantik
dan di utara oleh Teluk Biscy. Pegunungan Pyrenia di timur laut membatasi
Andalusia dengan Prancis.
Menjelang
penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, ekonomi dan politik
negeri ini berada dalam keadaan yang memprihatinkan. Negeri di semenanjung itu
didiami oleh penduduk yang berbeda-beda kebangsaan dan agamanya. Antara orang
Kristen dan Yahudi timbul permusuhan yang meruncing dan sering kali orang
Yahudi mengalami kekalahan dan menderita bermacam-macam kesusahan. Karena
penguasa Ghothic bersifat tidak toleran terhadap penganut agama lain. Penganut
agama Yahudi di Spanyol dipaksa dibabtis menurut agama Kristen, yang tidak
bersedia disiksa dan dibunuh. Sehingga kelompok minoritas Yahudi selalu
mendapat tekanan politik akibat berbeda paham dengan agama penguasa. Hal ini
menambah kompleksnya persoalan sosial di wilayah ini.
Pada
masa itu masyarakat Spanyol juga terpolarisasi dalam beberapa kelas sesuai
dengan latar belakang sosialnya, sehingga ada masyarakat kelas satu, dua, dan
tiga. Kelompok masyarakat kelas satu yakni penguasa, yang terdiri atas raja,
para pangeran, pembesar istana, pemuka agama dan tuan tanah besar. Kelas dua
terdiri atas tuan-tuan tanah kecil. Kelompok masayarakat kelas tiga terdiri
atas budak, termasuk budak tani yang nasibnya tergantung pada tanah tapi tidak
menikmati tanah yang mereka garap, pengembala, pandai besi, orang Yahudi, dan
kaum buruh dengan imbalan makan dua kali sehari.
Dengan
adanya kasta tersebut mengakibatkan rakyat kelas dua dan tiga sangat tertindas,
mental dan perilakunya merosot. Demi mempertahankan hidup, mereka harus mencari
nafkah dengan jalan membunuh, merampas atau membajak. Kebangkrutan moral mereka
itu bersamaan dengan jatuhnya ekonomi seperti yang diungkapkan Amir Ali: “Their
morality became as degraded as their material condition was wretched”.
Moralitas mereka menjadi terdegradasi karena kondisi material mereka yang buruk
.
Selain
itu, penguasa-penguasa Spanyol juga saling merebutkan kekuasaan. Awal
kehancuran kerajaan Goth adalah ketika Roderick memindahkan ibu kota negaranya
dari Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas
wilayah Toledo diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari
Opas dan Asilla, kakak dan anak Witiza. Kondisi sosial, ekonomi, keagamaan
terutama keadaan politik yang kacau menjadikan Spanyol menjadi terpuruk, hal
tersebut menjadi salah satu faktor Islam mudah masuk ke Spanyol.
B. Masuknya Islam di
Spanyol
Spanyol
diduduki umat islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), Salah seorang
khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana umat Islam
sebelumnya telah menguasai Afrika Utara. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam
telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari
dinasti Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di Zaman
khalifah Abdul Malik (685-705 M)[1]. Khalifah Abdul Malik mengangkat
Hasan bin Nu’man Al-Ghassani menjadi gubernur didaerah itu. Pada masa khalifah
Al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair.
Di
Zaman Al-Walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan
menduduki Al-Jazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan
ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan,
sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat
kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
[1] A. Syalabi, 1983, Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Jilid 2, Cet. Pertama, Pustaka Alhusna, Jakarta,
hlm.154.
Sebelum
dikalahkan dan kemudian dikuasai islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung
yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Ghotik. Kerajaan
ini sering menghasut penduduk agar memebuat kerusuhan dan menentang kekuasaan
Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat islam mulai
memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika
Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam
proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikaitkan
paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn
Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusair. Tharif dapat disebut sebagai
perintis dan penyidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan
benua Eropa itu dengan pasukan perang 500 orang di antaranya adalah tentara
berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian[2].
Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang
dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit dari
kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang
besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nusair pada tahun 711 M.
Mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7.000 orang dibawah pimpinan Thariq ibn
Ziyad[3].
Sejarah
mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukan selesai mendarat di
Wilayah tersebut, membakar seluruh alat penyeberangan. Ia pun mengucapkan pidato
singkat yang bersejarah: Al-Aduwwu amamakum wal bahru wara’akum fakhtar ayyuma
syi’tum. (musuh di depan kamu, lautan di belakang kamu, silahkan pilih mana
yang kamu kehendaki).
Sorak sorai pasukan yang berkekuatan 12.000 orang pada tahun 93 H/711 M, yang memilih maju ke depan, telah meninggalkan jejak besar didalam sejarah Islam. King Roderick maju dengan pasukan berkekuatan 100.000 orang[4]. Jumlah pasukannya besar, tetapi semangat tempurnya telah dikalahkan oleh kemewahan hidup selama ini.
Sorak sorai pasukan yang berkekuatan 12.000 orang pada tahun 93 H/711 M, yang memilih maju ke depan, telah meninggalkan jejak besar didalam sejarah Islam. King Roderick maju dengan pasukan berkekuatan 100.000 orang[4]. Jumlah pasukannya besar, tetapi semangat tempurnya telah dikalahkan oleh kemewahan hidup selama ini.
__________________________
[3]
Philip K. Hatti, 1970, History of the Arabs, Macmillan
Press, London, hlm. 493., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 89.
Thariq
ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya
lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian suku
Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang
dikirim khalifah Al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah
pimpinan Thariq ibn Ziyad[5], sebuah gunung tempat pertama kali Thariq
dan pasukannya mendapat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama
Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini maka terbukalah pintu
secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat bernama
Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus
menaklukan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada,Toledo (ibu kota
kerajaan goth saat itu) [6].
Kemenangan
pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan yang
lebih luas lagi dengan suatu pasukan yang besar. Ia berangkat menyeberangi
selat dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukan, setelah musa
berhasil menaklukan Idenia, Karmona, Seville dan Merinda serta mengalahkan
kerajaan Ghotik, Theodomir di Orihuela. Ia bergabung dengan Thariq di Teledo.
Kemudian keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol termasuk
bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre[7].
Kemenangan-kemenangan
yang dicapai umat Islam tampak begitu mudah. Hal tersebut tidak dapat
dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan[8].
Yang
dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam
negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang islam.
Kondisi sosial politik dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan.
secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam
beberapa negeri kecil. Rakyat di bagi-bagi ke dalam sistem kelas sehingga
kaedaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan dan ketiadaan persamaan
hak. Dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas
dan juru pembebas itu mereka temukan dari umat Islam.
_____________________
[5]
Cal Brockelmann, 1980, History of the Islamic Peoples, Rotledge
& Kegan Paul, London, hlm. 83., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 89
Adapun
yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam
tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh
yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan percaya diri. Mereka pun cakap,
berani dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tidak kalah pentingnya
adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam yaitu toleransi
persaudaraan dan tolong menolong sikap toleransi agama dan persaudaraan yang
terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut
kehadiran Islam di sana.
C. Perkembangan Islam
di Spanyol
Sejak
pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam
terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu
berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat
Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:
1. Periode Pertama
(711-755 M)
Pada
periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas
politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih
terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar.
Gangguan
dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, termasuk
akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan
pandangan antara khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat
di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai
daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi 20 kali pergantian wali (gubernur)
Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat.
Perbedaan
pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada
hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara bangsa Barbar asal Afrika
Utara dan Arab. Di dalam etnis sendiri terdapat dua golongan yang terus menerus
bersaing, yaitu suku Qaisyi (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan).
Perbedaan
etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik terutama ketika tidak ada
figur yang tangguh. Itulah sebabnya Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur
yang mampu mempertahankan untuk jangka waktu yang lama[9].
Gangguan
dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal
di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan
Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun
akhirnya mereka mampu mengusir Islam di bumi Spanyol.
Karena
seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar,
maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di
bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya
Abdurahman Ad-Dakhil ke Spanyol pada Tahun 138 H/755 M[10].
2. Periode Kedua
(755-912 M)
Pada
periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir
(panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam,
yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama
adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar
Ad-Dakhil. Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran
Bani Abbas. Selanjutnya ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahaman Ad-Dakhil,
Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman Al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn
Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada
periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam
bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman ad-Dakhil mendirikan
masjid Cordoba dan sekolah-sekolah di kota besar Spanyol. Hisyam dikenal
berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam
bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol.
______________________
[9]
David Wassenstein, 1985, Politics and Society in Islamic Spain:
1002-1086, Prenceton University Press, New Jersey, hlm. 15-16., dalam Badri
Yatim, 1999, hlm. 94.
Sedangkan Abdurrahman Al-Ausath dikenal
sebagai penguasa yang cinta ilmu[11]. Pemikiran filsafat juga mulai
masuk pada pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Ausath. Ia
mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga
kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun
demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9
stabilitas Negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen Fanatik yang
mencari kesyahidan (Martyrdom)[12]. Namun gereja Kristen lainnya di
seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintahan
Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki
pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi.
Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara di samping
asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai
pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer[13].
Gangguan
politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri.
Golongan pemberontak di Toledo tahun 852 M membentuk negara kota yang
berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tak puas
membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontak yang
dipimpin oleh Hafsun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga.
Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab
masih sering terjadi[14].
3. Periode Ketiga
(912-1013 M)
Peiode
ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai
munculnya raja-raja kelompok yang dikenal dengan Muluk al-Thawaif. Pada periode
ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalilfah, penggunaan gelar
khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa
Al-Muktadir, khalifah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh
pengawalnya sendiri.
__________________________
[11] Ahmad Syalabi, 1979, Mausu’ah al-Tarikh
al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4, Maktabah al-Nahdhah
al-Maishriyah, Kairo, hlm. 41-50., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 95.
[12] Jurji Zaidan, [tt], Tarikh al-Tamaddun
al-Islami, Juz III, Dar al-Hilal, Kairo, hlm. 200., dalam Badri Yatim,
1999, hlm. 95.
Menurut
penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa susasana pemerintahan Abbasiyah
sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang
paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan bani
Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun
929 M. khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang
yaitu Abdurrahman An-Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II
(976-1009 M).
Pada
periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi
kejayaan daulat Bani Umayyah di Baghdad. Andurrahman An-Nashir mendirikan
Universitas Cordova. Perpustakaannya juga memiliki koleksi ratusan ribu buku.
Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini,
masyakrakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota
berlangsung cepat.
Awal
dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik
tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di
tangan para pejabat. Pada Tahun 981 M, khalifah menunjuk Ibn Abi’ Amir sebagai
pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil
menancapkan kekeuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan
menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas
keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar Al-Manshur Billah. Ia wafat
pada tahun 1002 dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat
mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008
M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu.
Dalam beberapa tahun saja, Negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan
akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah
Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Katika itu, Spanyol sudah terpecah dalam
banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu[15].
_______________
[15] W. Montgomery Watt, 1990, Kejayaan Islam: Kajian
Kritis dari Tokoh Orientalis, Tiawa Wacana, Yogyakarta, hlm. 217-218, dan baca
Badri Yatim, 1999, hlm. 96-97.
4. Periode Keempat
(1013-1086)
Pada
periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di
suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar
diantaranya adalah Abbadiyah di Seville.Pada periode ini umat Islam Spanyol
kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang
saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu ada yang meminta bantuan
kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan
politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini
mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil,
namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapat perlindungan dari satu
istana ke istana lain[16].
5. Periode Kelima
(1086-1248 M)
Pada
periode ini Spanyol Islam meskipun terpecah ke dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dinasti Murabithun
(1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-11235 M). Dinasti Murabithun pada
mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibnu Tasyfin di
Afrika Utara. Pada Tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang
berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam
di sana yang tengah memikul berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya
sendiri dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki
Spanyol pada tahun 1068 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.
Karena
perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk
menguasai Spanyol dan berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa
sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan
dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun Spanyol dan digantikan oleh
Dinasti Muwahhidun. Pada masa Dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen,
tepatnya tahun 1118 M.
______________________
Di
Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul dinasti-dinasti
kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146M penguasa dinasti
Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun
didirikan oleh Muhammad ibn Tumart. Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah
pimpinan Abd al-Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154M, kota-kota muslim penting,
Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasannya. Untuk jangka
beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan Kristen dapat
dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami
keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di
Las Navas de Tolesa.
Kekalahan-kekalahan
yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan
Spanyol dan kembali ke Afriks Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali
runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat
Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar.
Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristendan Seville jatuh tahun
1248 M. seluruh Spanyol kecuali Granada[17] lepas dari kekuasaan Islam.
6. Periode Keenam
(1248-1492 M)
Pada
periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah Dinasti Bani
Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman
Abdurrahman An-Nashir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa
di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di
Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan
kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena
menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak
dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan
digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan
kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini
dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta[18]
dinobatkan sebagai khalifah.
_________________
[17] Ahmad Syalabi, 1979, Mausu’ah al-Tarikh
al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4, Maktabah al-Nahdhah
al-Mishiriyah, hlm. 75, dan Baca Badri Yatim, 1999, hlm.99.
Tentu
saja, Ferdenand dan isabela yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen
melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut
kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan
serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia
menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika
Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M.
umat Islam setelah dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi
meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada umat Islam di
daerah ini[19]. Walaupun Islam telah berjaya dan dapat berkuasa hampir
tujuh setengah abad lamanya.
C. Kemajuan Peradaban
Islam di Spanyol lebih dari tujuh abad dan umat Islam
telah mencapai kejayaannya di Spanyol. Banyak kemajuan dan prestasi yang
diperoleh umat Islam di Spanyol, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian
dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks. Islam di Spanyol telah menunjukkan
kemajuan pada bidang ilmu pengetahuan, musik dan seni, bahasa dan sastra, dan
kemajuan pada pembangunan fisik.
1. Kemajuan Intelektual
Masyarakat
Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
komunitas-komunitas Arab [Utara dan Selatan], al-Muwalladun [orang-orang
Spanyol yang masuk Islam], Barbar [umat Islam yang berasal dari Afrika Utara], al-Shaqalibah
[penduduk daerah antara Konstanstinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan
Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran],
Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang
kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham
intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan
kebangkitan ilmu pengetahuan, sastra dan pembangunan fisik di Spanyol[20].
____________________
[20] Luthfi Abd al-Badi, 1969, al-Islam fi
Isbaniya, Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, Kairo, hlm. 38., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 101.
Untuk
itu, perlu mengkaji kemajuan yang dicapai umat Islam Spanyol, sebagai berikut :
a.
Bidang Filsafat
Islam
di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat berilian dalam
bentangan sejarah Islam. Umat Islam berperan sebagai jembatan
penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad
ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan
pada abad ke-9 M selama pemerintahan dinasti Bani Umayyah yang ke-5 Muhammad
ibn Abd al-Rahman [832-886 M].[21]
Atas
inisiatif al-Hikam [961-976 M], karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari
Tumur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan
universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu
pengetahuan di dunia Islam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apa
yang dilakukan oleh para pemimpin bani Umayyah di Spanyol ini merupakan
persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa-masa sesudahnya.
Pada
perkembangan selanjutnya, lahirlah tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat
Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan
ibn Bajjah. Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayig, dilahirkan di Saragosa,
kemudian ia pindah ke Sevilla dan Granada dan meninggal karena keracunan di Fez
pada tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan ibn Sina di
Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis dengan magnum
opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Abd Bakr
ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur
Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185 M. ibn Thufail, banyak menulis
masalah kedokteran, astronomi dan filsafat, serta karya filsafatnya yang sangat
terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
__________________
Pada
bagian akhir abad ke-12 M, menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles
yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari
Cordova. Ibn Rusyd, lahir pada tahun 1126 M dan meninggal pada tahun 1198
M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menggeluti masalah-masalah menahun
tentang keserasian filsafat dan agama. Ibn Rusyd, juga ahli fiqh dengan
karyanya Bidayah al-Mujtahid.
b.
Bidang Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia
dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas, termasyhur dalam
ilmu kimia dan astronomi. Abbas ibn Farnas, adalah orang pertama yang menemukan
pembuatan kaca dari batu[22]. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash, terkenal dalam ilmu
astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan
berapa lamanya. al-Naqqash, juga berhasil membuat teropong modern yang dapat
menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari
Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hisan bint Abi Ja’far dan
saudara perempuannya al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan
wanita.
Dalam bidang sejarah
dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn
Jubair dari Valencia [1145-1228 M] menulis tentang negeri-negeri muslim
Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier [1304-1377 M] mencapai
Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib [1317-1374 M] menyusun riwayat Granada,
sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua
sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudia pindah ke Afrika[23].
Itulah sebagai nama-nama besar dalam bidang sains yang terkenal pada masanya di
Islam Spanyol.
_____________________
c. Bidang Fikih
Dalam
bindang fikir, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Orang yang
membawa dan memperkenalkan mazhab ini di Spanyol adalah Ziyad ibn Abd
al-Rahman. Kemudian perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang
menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd al-Rahman. Ahli-ahli fikih
lainnya di antaranya adalah Abu Bakar ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id
al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d.
Bidang Musik dan Kesenian
Dalam
bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali
diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan
kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya
itu turunkan kepa anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada
budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas[24].
e. Bidang Bahasa
dan Sastra
Bahasa
Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal
itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli
Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak ahli dan mahir
dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa.
Mereka-mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn
Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan
al-Gharnathi.
Seiring
dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti Al-‘Iqd
al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl
al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid karya al-Fath ibn
Khaqan, dan banyak lagi karya-karya yang lain[25]
_________________________
2.
Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek
pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sengat banyak. Dalam
perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian
juga sistem Irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak
mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan
jembatan-jembatan air didirikan. Tampat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga
mendapat jatah air.
Orang-orang
Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam
digunakan untuk mengecek curah air, waduk [kolam] dibuat untuk konservasi
[penyimpanan air]. Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda
air [water wheel] asal Persia yang dinamakan na’urah [Spanyol:
Noria]. Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi,
perkebunan jeruk, kebun-kebun dan tanaman-tanaman.[26]
Industri,
disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi
Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri
barang-barang tembikar[27]. Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang
paling menonjol adalah gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid,
pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah mesjid
Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, Istana
al-Makmun, mesjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.
a.
Cordova
Cordova
adalah ibukota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani
Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar
dibangun untuk menghiasi ibukota spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga
diimpor dari Timur. Di seputar ibukota berdiri istana-istana yang megah yang
semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama
tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik.
______________________
Diantara
kebanggaan kota Cordova lainnya adalah mesjid Cordova. Menurut ibn al-Dala’i,
terdapat 491 mesjid di sana. Di samping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah
adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat 900 pemandian. Di
sekitarnya berdiri perkampungan–perkampungan yang indah. Karena air sungai tak
dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang
panjangnya 80 km.
b.
Granada
Granada
adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Disana berkumpul
sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada
di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur
bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah
adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu
dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.
Kisah
tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan
istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain[28].
3.
Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol
Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat
dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti
Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan
politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan
penguasa-penguasa lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang
terpenting diantara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah
Muhammad Ibn Abd al-Rahman [852-886] dan al-Hakam II al-Muntashir [961-976].
Toleransi
beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan
Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisispasi mewujudkan peradaban Arab Islam di
Spanyol. Untuk orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan
hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka
masing-masing[29].
_____________
[29] Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh
al-Islam al-Sitasi wa al-Dini wa al-Tsaqafi wa al-Ijtima’i, [Kairo:
Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, Tanpa Tahun], hlm 428, dalam Bardi Yatim,
1999, hlm.106.
Masyarakat
Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas,
baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama,
komunitas-komunitas itu dapat bekerjasama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di
Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan.
Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari
ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan
gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam
beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya dunia
Islam[30].
Perpecahan
politik pada masa Muluk al-Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya
peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan,
kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti [raja] di Malaga,
Toledo, Sevilla,
Granada, dan lain-lain
berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya
pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk al Thawa’if berhasil
mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang diantaranya justru lebih maju[31].
D. Penyebab Kemunduran
dan Kehancuran
Islam
di Spanyol, menjadi pemerintahan yang berdiri sendiri di masa khalifah
Abdurrahman III dan merupakan salah satu negara terbesar di masa itu, disamping
daulat Abbasiyah di Timur, Bizantium dan kerajaan Charlemangne [Frank] di
Barat. Tetapi pada masa pemerintahan berikutnya Spanyol mengalami kemunduran
karena terjadi disintegrasi yang telah memporak-porandakan kesatuan dan
persatuan Andalusia yang membawa kepada kehancuran Islam di Spanyol. Adapun
faktor yang menyebabkan kemunduran Islam di Spanyol antara lain :
1.
Konflik Islam dengan Kristen
Para
penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa
puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan
membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki
tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata[32].
Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah
memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan
kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan
antara Islam dan Kristen. Pada
abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam
sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau
di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang
sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di
Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi.
Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan
muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai
merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering
menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap
sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya
ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang
dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3.
Kesulitan Ekonomi
Di
paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina
perekonomian[33]. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan
mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4. Tidak
Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal
ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang
merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand
dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
___________________
5.
Keterpencilan
Spanyol
Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Pemerintahan Spanyol jauh
dari daerah Islam lain mengakibatkan jauhnya dukungan dari daerah lain kecuali
dari Afrika Utara yang dibatasi oleh laut, sementara daerah sekitarnya adalah
daerah yang dikuasai kaum Nasrani yang salalu iri dan merasa direndahkan oleh
etnis Arab. Maka Islam Spanyol, selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat
bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana[34].
E. Pengaruh
Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Kemajuan
Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada
khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang
banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia
dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Spanyol
merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik
dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban
antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada
dibawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa,
terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik[35]. Yang
terpenting diantaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd [1120-1198 M]. Ibn Rusyd,
melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas
pemikiran Aritoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran
bebas. Ia mengedepanka sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap
pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa,
hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme [Ibn Rusyd-isme] yang
menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa
gerakan Averroeisme ini.
_________________
Berawal
dari gerakan Averroeisme inilah Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16
M dan rasionalisme pada abad ke-17 M[36]. Buku-buku Ibn Rusyd di cetak di
Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan edisi lengkapnya
terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad
ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke 17 di
Jenewa.
Pengaruh
peradaban Islam, termasuk didalamnyapemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari
banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas
Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan
Salamanca.
Selama
belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan
muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya,
mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas pertama di
Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun
setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18
buah universitas. Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka
peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran,
ilmu pasti, ilmu filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari
adalah pemikiran al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd[37].
Pengaruh
ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu
menimbulkan gerakan bangkitan kembali [renaissance] pusaka Yunani di
Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini
adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian
diterjemahkan kembali kedalam bahasa Latin[38].
Walaupun
Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam,
tetapi ia telah membina gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu
adalah: kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik [renaissance] pada
abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme
pada abad ke-17M, dan pencerahan [aufklaerung] pada abad ke-18 M[39].
[36]
S. I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, (Jakarta:
P3M, 1986, cetakan kedua), hlm. 67
[38] K. Bertenes, Ringkasan Sejarah Filsafat,
[Yogyakarta: Kanisius, 1986, Cetakan kelima], h. 32. Tentang sejarah renassence dan reformasi baca J. B. Bury, Sedjarah
Kemerdekaan Berfikir, [Djakarta: P.T Pembangunan, 1963], hlm. 63-82.
BAB
III
PENUTUP
A.kesimpulan
Dari
sejumlah uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa masuknya Islam di
Spanyol berbeda dengan masuknya Islam di daerah lain. Datangnya Islam ke
Spanyol atas permintaan dari penduduk setempat dan kedatangan Islam di Spanyol
ternyata memberikan kontribusi yang tak ternilai, baik kepada dunia Islam,
terlebihlebih kepada dunia Barat, dalam hal ilmu pengetahuan dan peradaban.
Kontribusi tersebut bisa terlaksana karena sikap ilmiah-konstruksif yang secara
umum menyertai para ilmuwan dalam melakukan kajian-kajian ilmiahnya. Sikap
toleransi yang cukup proporsional dalam komposisi masyarakat yang tingkat
heterogenitasnya yang cukup luar biasa dalam membangun sebuah nilai peradaban
yang pruralistik.
Kekuasaan
Islam di Spanyol yang telah mencapai puncak kejayaannya kemudian mulai melemah
kemudian mundur dan hancur secara perlahan akibat berbagai faktor. Diantaranya
faktor utama penyebab kehancuran tersebut adalah akibat terjadinya disintegrasi
yang menyebabkan munculnya kerajaan-kerajaan kecil yang berusaha memerdekakan
diri. Kekuasaan Islam kemudian digantikan oleh kekuasaan Kristen dan berusaha
menghapus habis seluruh pengaruh Islam dan menghilangkan Islam dari bumi
Spanyol.
B. Saran
B. Saran
Demikianlah
makalah yang dapat kami sampaikan. Apabila ada kesalahan dalam penulisan dan
penyampaian makalah ini kami mohon maaf. Saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan untuk perbaikan kami. Semoga pesan tersurat dan tersirat dalam
makalah bermanfaat bagi kita sampai akhir nanti, terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Karim, M Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Book Publisher.
Munir, Amin Samsul. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Penerbit Hamzah.
Sunanto, Musrifah. 2007. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Kencana Media Group.
Syukur, Fatah. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Syalaby, Ahmad. 2000. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: PT Al-Husna Zikra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar