Selasa, 06 Maret 2012

Islam Di Spanyol Dan Pengaruhnya Terhadap Renaisans Di Eropa


BAB I
PENDAHULUAN
Sekitar dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol berada di bawah Imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Vandal, yaitu bangsa yang berimigrasi dari negeri asal mereka yaitu suatu daerah yang terletak di antara Sungai Order dan Vistuala. Pengusa daerah ini mendirikan kerajaan di propinsi wilayah Chartage. Kekuasaan Vandal ini kemudian diambil alih oleh orang-orang Gothic, maka didirikanlah kerajaan Visigoth, yang wilayah itu dikenal dengan Vandalusia. Dan setelah kedatangan orang-orang Islam pada tahun 92 H/711 M, sebutan Vandalusia diubah menjadi Andalusia atau Andalus.
Kehadiran orang-orang Islam di Spanyol merupakan awal munculnya Islam di benua Eropa karena Spanyol merupakan pintu gerbang bagi benua tersebut. Sebagaimana diinformasikan dalam buku-buku sejarah, ekspansi Islam ke Wilayah Barat (dalam hal ini Eropa bagian Barat) terjadi pada masa kekhilafahan Bani Umayyah dengan khalifah Al-Walid bin Ibnu Malik.
Pada saat itu Musa Bin Nushair, sebagai penglima perang khalifah dan Thariq bin Ziyad sebagai komandan lapangan, dimana keduanya dianggap sebagai tokoh pelaku utama atas masuknya Islam di Spanyol. Mereka berhasil menguasai wilayah Afrika Utara dan kemudian menyeberang ke Benua Eropa. Setelah masuknya Islam di Spanyol maka banyaklah kemajuan-kemajuan yang diperoleh dan hal ini dapat dilihat dari banyaknya tokoh-tokoh dan para ilmuwan yang muncul dari sana. Namun setelah berabad-abad lamanya Islam menguasai Spanyol, Islam mulai mengalami kemunduran dan kehancuran, bahkan kemudian Islam hilang dari bumi tersebut. Hal ini disebabkan dari berbagai fakor.

RUMUSAN MASALAH
A. Kondisi Spanyol Pra Islam
B. Masuknya Islam di Spanyol
C. Perkembangan Islam di Spanyol


BAB II
ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA

A. Kondisi Spanyol Pra Islam
Jazirah ini dulu bernama Iberia (kurang lebih 93% wilayah Spanyol, sisanya Portugal). Setelah bangsa Romawi berkuasa di sana pada abad yang kedua mereka menamainya dengan “Asbania” yang berarti “Pantai Marmot”. Karena orang-orang Punisia ketika singgah di semenanjung itu nampaklah kawanan-kawanan Marmot. Sesudah bangsa Romawi, bagian semenanjung selatan itu juga pernah takluk kepada suku-suku bangsa Vandal pada abad kelima. Sesudah itu bangsa Goth menyerang pula pada permulaan abad keenam. Mereka mengusir bangsa Vandal ke Afrika Utara.
Pada masa Islam, Spanyol dikenal dengan sebutan Andalusia yang berasal dari kata “Vandalusia” berarti negeri bangsa Vandal.. Andalusia terletak di benua Eropa barat daya, dengan batas di timur dan tenggara adalah Laut Tengah, di selatan Benua Afrika yang terhalang oleh Selat Gibraltar, di barat Samudera Atlantik dan di utara oleh Teluk Biscy. Pegunungan Pyrenia di timur laut membatasi Andalusia dengan Prancis.
Menjelang penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, ekonomi dan politik negeri ini berada dalam keadaan yang memprihatinkan. Negeri di semenanjung itu didiami oleh penduduk yang berbeda-beda kebangsaan dan agamanya. Antara orang Kristen dan Yahudi timbul permusuhan yang meruncing dan sering kali orang Yahudi mengalami kekalahan dan menderita bermacam-macam kesusahan. Karena penguasa Ghothic bersifat tidak toleran terhadap penganut agama lain. Penganut agama Yahudi di Spanyol dipaksa dibabtis menurut agama Kristen, yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh. Sehingga kelompok minoritas Yahudi selalu mendapat tekanan politik akibat berbeda paham dengan agama penguasa. Hal ini menambah kompleksnya persoalan sosial di wilayah ini.
Pada masa itu masyarakat Spanyol juga terpolarisasi dalam beberapa kelas sesuai dengan latar belakang sosialnya, sehingga ada masyarakat kelas satu, dua, dan tiga. Kelompok masyarakat kelas satu yakni penguasa, yang terdiri atas raja, para pangeran, pembesar istana, pemuka agama dan tuan tanah besar. Kelas dua terdiri atas tuan-tuan tanah kecil. Kelompok masayarakat kelas tiga terdiri atas budak, termasuk budak tani yang nasibnya tergantung pada tanah tapi tidak menikmati tanah yang mereka garap, pengembala, pandai besi, orang Yahudi, dan kaum buruh dengan imbalan makan dua kali sehari.
Dengan adanya kasta tersebut mengakibatkan rakyat kelas dua dan tiga sangat tertindas, mental dan perilakunya merosot. Demi mempertahankan hidup, mereka harus mencari nafkah dengan jalan membunuh, merampas atau membajak. Kebangkrutan moral mereka itu bersamaan dengan jatuhnya ekonomi seperti yang diungkapkan Amir Ali: “Their morality became as degraded as their material condition was wretched”. Moralitas mereka menjadi terdegradasi karena kondisi material mereka yang buruk .
Selain itu, penguasa-penguasa Spanyol juga saling merebutkan kekuasaan. Awal kehancuran kerajaan Goth adalah ketika Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Opas dan Asilla, kakak dan anak Witiza. Kondisi sosial, ekonomi, keagamaan terutama keadaan politik yang kacau menjadikan Spanyol menjadi terpuruk, hal tersebut menjadi salah satu faktor Islam mudah masuk ke Spanyol.
B. Masuknya Islam di Spanyol
Spanyol diduduki umat islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), Salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana umat Islam sebelumnya telah menguasai Afrika Utara. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di Zaman khalifah Abdul Malik (685-705 M)[1]. Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man Al-Ghassani menjadi gubernur didaerah itu. Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair.
Di Zaman Al-Walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Al-Jazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
[1]     A. Syalabi, 1983, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, Cet. Pertama, Pustaka Alhusna,  Jakarta, hlm.154.
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Ghotik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar memebuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikaitkan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan pasukan perang 500 orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian[2]. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit dari kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nusair pada tahun 711 M. Mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7.000 orang dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad[3].
Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukan selesai mendarat di Wilayah tersebut, membakar seluruh alat penyeberangan. Ia pun mengucapkan pidato singkat yang bersejarah: Al-Aduwwu amamakum wal bahru wara’akum fakhtar ayyuma syi’tum. (musuh di depan kamu, lautan di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu kehendaki).
Sorak sorai pasukan yang berkekuatan 12.000 orang pada tahun 93 H/711 M, yang memilih maju ke depan, telah meninggalkan jejak besar didalam sejarah Islam. King Roderick maju dengan pasukan berkekuatan 100.000 orang[4]. Jumlah pasukannya besar, tetapi semangat tempurnya telah dikalahkan oleh kemewahan hidup selama ini.

__________________________
[2]     Ibid. hlm. 158.
[3]     Philip K. Hatti, 1970, History of the Arabs, Macmillan Press, London, hlm. 493., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 89.
[4]     Badri Yatim, 1999, hlm. 89.


Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim khalifah Al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad[5], sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendapat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada,Toledo (ibu kota kerajaan goth saat itu) [6].
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan yang lebih luas lagi dengan suatu pasukan yang besar. Ia berangkat menyeberangi selat dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukan, setelah musa berhasil menaklukan Idenia, Karmona, Seville dan Merinda serta mengalahkan kerajaan Ghotik, Theodomir di Orihuela. Ia bergabung dengan Thariq di Teledo. Kemudian keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre[7].
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak begitu mudah. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan[8].
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang islam. Kondisi sosial politik dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Rakyat di bagi-bagi ke dalam sistem kelas sehingga kaedaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan dan ketiadaan persamaan hak. Dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas dan juru pembebas itu mereka temukan dari umat Islam.
_____________________
[5]     Cal Brockelmann, 1980, History of the Islamic Peoples, Rotledge & Kegan Paul, London, hlm. 83., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 89
[6]     A. Syalabi, 1983, hlm. 161.
[7]     Carl Brockelman, 1980, hlm.14, dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 90.
[8]    Badri Yatim, 1999, hlm. 91
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan percaya diri. Mereka pun cakap, berani dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tidak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam yaitu toleransi persaudaraan dan tolong menolong sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
C. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar.
Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, termasuk akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi 20 kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat.
Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara bangsa Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis sendiri terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu suku Qaisyi (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan).
Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan untuk jangka waktu yang lama[9].
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun akhirnya mereka mampu mengusir Islam di bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurahman Ad-Dakhil ke Spanyol pada Tahun 138 H/755 M[10].
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Ad-Dakhil. Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas. Selanjutnya ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahaman Ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman Al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman ad-Dakhil mendirikan masjid Cordoba dan sekolah-sekolah di kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol.
______________________
[9]    David Wassenstein, 1985, Politics and Society in Islamic Spain: 1002-1086, Prenceton University Press, New Jersey, hlm. 15-16., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 94.
[10]    Badri Yatim, 1999, op.cit, hlm. 94.



 Sedangkan Abdurrahman Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu[11]. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Ausath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas Negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen Fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom)[12]. Namun gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintahan Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara di samping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer[13].
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontak yang dipimpin oleh Hafsun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi[14].
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Peiode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya raja-raja kelompok yang dikenal dengan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalilfah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, khalifah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
__________________________
[11]    Ahmad Syalabi, 1979, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4, Maktabah al-Nahdhah al-Maishriyah, Kairo, hlm. 41-50., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 95.
[12]    Jurji Zaidan, [tt], Tarikh al-Tamaddun al-Islami, Juz III, Dar al-Hilal, Kairo, hlm. 200., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 95.
[13]    Thomas W. Arnold, op.cit., hlm. 126.
[14]    Bertold Spuler, op.cit., hlm. 106.

Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa susasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abdurrahman An-Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Bani Umayyah di Baghdad. Andurrahman An-Nashir mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya juga memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyakrakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada Tahun 981 M, khalifah menunjuk Ibn Abi’ Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekeuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar Al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, Negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Katika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu[15].

_______________
[15]    W. Montgomery Watt, 1990, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, Tiawa Wacana, Yogyakarta, hlm. 217-218, dan baca Badri Yatim, 1999, hlm. 96-97.


4. Periode Keempat (1013-1086)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville.Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu ada yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapat perlindungan dari satu istana ke istana lain[16].
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun terpecah ke dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-11235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibnu Tasyfin di Afrika Utara. Pada Tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya sendiri dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1068 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.
Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun Spanyol dan digantikan oleh Dinasti Muwahhidun. Pada masa Dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
______________________
[16]    Bertold Spuler, op.cit., hlm. 108, dan Badri Yatim, 1999, hlm. 98.

Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart. Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa.
Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afriks Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristendan Seville jatuh tahun 1248 M. seluruh Spanyol kecuali Granada[17] lepas dari kekuasaan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah Dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nashir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta[18] dinobatkan sebagai khalifah.
_________________
[17]    Ahmad Syalabi, 1979, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4, Maktabah al-Nahdhah al-Mishiriyah, hlm. 75, dan Baca  Badri Yatim, 1999, hlm.99.
[18]    Ahamd Syalabi, hlm. 75.

Tentu saja, Ferdenand dan isabela yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. umat Islam setelah dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada umat Islam di daerah ini[19]. Walaupun Islam telah berjaya dan dapat berkuasa hampir tujuh setengah abad lamanya.
C. Kemajuan Peradaban
Islam di Spanyol lebih dari tujuh abad dan umat Islam telah mencapai kejayaannya di Spanyol.  Banyak kemajuan dan prestasi yang diperoleh umat Islam di Spanyol, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks. Islam di Spanyol telah menunjukkan kemajuan pada bidang ilmu pengetahuan, musik dan seni, bahasa dan sastra, dan kemajuan pada pembangunan fisik.
 1.   Kemajuan Intelektual
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab [Utara dan Selatan], al-Muwalladun [orang-orang Spanyol yang masuk Islam], Barbar [umat Islam yang berasal dari Afrika Utara], al-Shaqalibah [penduduk daerah antara Konstanstinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran], Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmu pengetahuan, sastra dan pembangunan fisik di Spanyol[20].
____________________
[19]    Harun Nasution, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, UI Press, Jakarta, hlm. 82.
[20]    Luthfi Abd al-Badi, 1969, al-Islam fi Isbaniya, Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, Kairo, hlm. 38., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 101.




Untuk itu, perlu mengkaji kemajuan yang dicapai umat Islam Spanyol, sebagai berikut :
 a.      Bidang Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat berilian dalam bentangan sejarah Islam.  Umat Islam berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12.  Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan dinasti Bani Umayyah yang ke-5 Muhammad ibn Abd al-Rahman [832-886 M].[21]
Atas inisiatif al-Hikam [961-976 M], karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Tumur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam.  Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apa yang dilakukan oleh para pemimpin bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa-masa sesudahnya.
Pada perkembangan selanjutnya, lahirlah tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan ibn Bajjah.  Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayig, dilahirkan di Saragosa, kemudian ia pindah ke Sevilla dan Granada dan meninggal karena keracunan di Fez pada tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis dengan magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Abd Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185 M. ibn Thufail, banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat, serta karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
__________________
[21]    Majid Fakhri, 1986, Sejarah Filsafat Islam, Pustaka Jaya, Jakarta, hlm. 357.

Pada bagian akhir abad ke-12 M, menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova.  Ibn Rusyd, lahir pada tahun 1126 M dan meninggal pada tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Ibn Rusyd, juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid.
 b.   Bidang Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas, termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Abbas ibn Farnas, adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu[22]. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash, terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. al-Naqqash, juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hisan bint Abi Ja’far dan saudara perempuannya al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
            Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia [1145-1228 M] menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier [1304-1377 M] mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib [1317-1374 M] menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudia pindah ke Afrika[23]. Itulah sebagai nama-nama besar dalam bidang sains yang terkenal pada masanya di Islam Spanyol.


_____________________
[22]    Ahmad Syalabi, op.cit., hlm. 86.
[23]    Bertold Spuler, op.cit., hlm. 112.



 c.      Bidang Fikih
Dalam bindang fikir, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Orang yang membawa dan memperkenalkan mazhab ini di Spanyol adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman. Kemudian perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd al-Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya di antaranya adalah Abu Bakar ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
 d.      Bidang Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu turunkan kepa anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas[24].
e.  Bidang Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa.  Mereka-mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti Al-‘Iqd al-Farid  karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi karya-karya yang lain[25]


_________________________
[24]    Ahmad Syalabi, op.cit., hlm. 88., dan baca : Bardi Yatim, 1999, hlm.103.
[25]    Badri Yatim, 1999, op.cit., hlm. 103.

 2.      Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sengat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga sistem Irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tampat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk [kolam] dibuat untuk konservasi [penyimpanan air]. Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air [water wheel] asal Persia yang dinamakan na’urah [Spanyol: Noria]. Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan tanaman-tanaman.[26]
Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar[27]. Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah mesjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, Istana al-Makmun, mesjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.
 a.   Cordova
Cordova adalah ibukota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun untuk menghiasi ibukota spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibukota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik.
______________________
[26]    Bertold Spuler, op, cit., Hlm. 103
[27]    S. M. Imamuddin, op, Cit., Hlm. 79


Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah mesjid Cordova. Menurut ibn al-Dala’i, terdapat 491 mesjid di sana. Di samping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan–perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 km.
 b.   Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Disana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.
Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain[28].
 3.  Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting diantara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad Ibn Abd al-Rahman [852-886] dan al-Hakam II al-Muntashir [961-976].
Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisispasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing[29].
_____________
[28]    Baca: Badri Yatim, 1999, hlm.103-105.
[29]    Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam al-Sitasi wa al-Dini wa al-Tsaqafi wa al-Ijtima’i, [Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, Tanpa Tahun], hlm 428, dalam Bardi Yatim, 1999, hlm.106.

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerjasama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing. Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya dunia Islam[30].
Perpecahan politik pada masa Muluk al-Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti [raja] di Malaga, Toledo, Sevilla,
Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk al Thawa’if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang diantaranya justru lebih maju[31].
D. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran
Islam di Spanyol, menjadi pemerintahan yang berdiri sendiri di masa khalifah Abdurrahman III dan merupakan salah satu negara terbesar di masa itu, disamping daulat Abbasiyah di Timur, Bizantium dan kerajaan Charlemangne [Frank] di Barat. Tetapi pada masa pemerintahan berikutnya Spanyol mengalami kemunduran karena terjadi disintegrasi yang telah memporak-porandakan kesatuan dan persatuan Andalusia yang membawa kepada kehancuran Islam di Spanyol. Adapun faktor yang menyebabkan kemunduran Islam di Spanyol antara lain :
 1.      Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata[32].
[30]    Majid Fakhri. Op. Cit., hlm 356
[31]    Luthfi Abd al-Badi’, op., cit. Hlm. 10
[32]    Armand Abel, op, cit., hlm. 246

 Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami  kemunduran.
 2.   Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
 3.   Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian[33]. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4.   Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.


___________________
[33]    Ibid., hlm. 251

 5.      Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Pemerintahan Spanyol jauh dari daerah Islam lain mengakibatkan jauhnya dukungan dari daerah lain kecuali dari Afrika Utara yang dibatasi oleh laut, sementara daerah sekitarnya adalah daerah yang dikuasai kaum Nasrani yang salalu iri dan merasa direndahkan oleh etnis Arab. Maka Islam Spanyol, selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana[34].
E.  Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada dibawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik[35]. Yang terpenting diantaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd [1120-1198 M]. Ibn Rusyd, melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aritoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepanka sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme [Ibn Rusyd-isme] yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.

_________________
[34]    Badri Yatim, 1999, hlm. 108.
[35]    Philip K. Hitti, op, cit., hlm. 526-530


Berawal dari gerakan Averroeisme inilah Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M[36]. Buku-buku Ibn Rusyd di cetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke 17 di Jenewa.
Pengaruh peradaban Islam, termasuk didalamnyapemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca.
Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, ilmu filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd[37].
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan bangkitan kembali [renaissance] pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali kedalam bahasa Latin[38].
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membina gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah: kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik [renaissance] pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17M, dan pencerahan [aufklaerung] pada abad ke-18 M[39].   
 [36]    S. I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, (Jakarta: P3M, 1986, cetakan kedua), hlm. 67
[37]    Zainal Abidin Ahmad, 1975, Riwayat Hidup Ibn Rusyd, Bulan Bintang, Jakarta; hlm. 148-149
[38]    K. Bertenes, Ringkasan Sejarah Filsafat, [Yogyakarta: Kanisius, 1986, Cetakan kelima], h. 32. Tentang sejarah renassence dan reformasi baca J. B. Bury, Sedjarah Kemerdekaan Berfikir, [Djakarta: P.T Pembangunan, 1963], hlm. 63-82.
[39]    S. I. Poeradisastra, op, cit., hlm. 77. Baca : Badri Yatim, 1999, hlm. 87-110.



BAB III
PENUTUP

A.kesimpulan
Dari sejumlah uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa masuknya Islam di Spanyol berbeda dengan masuknya Islam di daerah lain. Datangnya Islam ke Spanyol atas permintaan dari penduduk setempat dan kedatangan Islam di Spanyol ternyata memberikan kontribusi yang tak ternilai, baik kepada dunia Islam, terlebihlebih kepada dunia Barat, dalam hal ilmu pengetahuan dan peradaban. Kontribusi tersebut bisa terlaksana karena sikap ilmiah-konstruksif yang secara umum menyertai para ilmuwan dalam melakukan kajian-kajian ilmiahnya. Sikap toleransi yang cukup proporsional dalam komposisi masyarakat yang tingkat heterogenitasnya yang cukup luar biasa dalam membangun sebuah nilai peradaban yang pruralistik.
Kekuasaan Islam di Spanyol yang telah mencapai puncak kejayaannya kemudian mulai melemah kemudian mundur dan hancur secara perlahan akibat berbagai faktor. Diantaranya faktor utama penyebab kehancuran tersebut adalah akibat terjadinya disintegrasi yang menyebabkan munculnya kerajaan-kerajaan kecil yang berusaha memerdekakan diri. Kekuasaan Islam kemudian digantikan oleh kekuasaan Kristen dan berusaha menghapus habis seluruh pengaruh Islam dan menghilangkan Islam dari bumi Spanyol.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Apabila ada kesalahan dalam penulisan dan penyampaian makalah ini kami mohon maaf. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan kami. Semoga pesan tersurat dan tersirat dalam makalah bermanfaat bagi kita sampai akhir nanti, terima kasih.




DAFTAR PUSTAKA

Karim, M Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Book Publisher.

Munir, Amin Samsul. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Penerbit Hamzah.

Sunanto, Musrifah. 2007. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Kencana Media Group.

Syukur, Fatah. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Syalaby, Ahmad. 2000. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: PT Al-Husna Zikra.

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1998.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar