Selasa, 06 Maret 2012

Kondisi Arab Pra Islam


BAB  I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Jazirah arab pada masa pra Islam adalah wilayah yang diapit oleh 2 Imperium besar : Byzantium (Romawi) dan Persia kekuasaan Byzantiom meliputi wilayah “disebelah barat Jazirah termasuk Syam dan Mesir.
Pada umumnya, cara hidup orang Arab Pra Islam adalah nomaden, mereka berpindah dari satu padang rumput ke padang rumput lainnya, mereka inilah yang biasa di sebut sebagai masyarakat badui, namun ada juga yang hidup menetap di kota-kota.

B.     Tujuan
Adapun tujuan kami untuk menyusun makalah ini adalah supaya kita bisa mempelajari lebih banyak tentang sejarah peradaban Islam itu sendiri.

BAB  II
PEMBAHASAN

A.     Arab Pra Islam
Jazirah Arab pada masa Pra Islam adalah wilayah yang diapit oleh 2 imperium besar yaitu Byzantium (Romawi) dan Persia. Kekuasaan Byzantium meliputi wilayah di sebelah barat Jazirah, termasuk Syam dan Mesir,  sedangkan kekuasaan Persia meliputi wilayah di sebelah Timur Jazirah termasuk Irak.
Dua kekuaran superpower senantiasa saling berusaha menjatuhkan, juga sering terjadi konflik berkepanjangan diantara 2 imperium ini. Dampak dari konfolik di Utara Jazirah ini para pedagang dari Timur yang ingin megekspor barng dagangannya ke kawasan laut tengah di barat tidak bisa melewati jalur tersebut, sebagai alternatif, mereka mengambil jalur memutar, Teluk Persia – Yaman – Hijaz – Laut Tengah, nah, di hijaz inilah terletak kota Mekah. Dengan demikian Mekkah ketika itu adalah salah satu titik transit perdagangan antar negara.
Dengan nuansa dagang yang kental ini, pekerjaan utama penduduk Mekkah berdagang. Mereka bukan komentar petani karena memang tanah di Mekah juga tidak terlalu subur. Pada umumnya cara hidup orang arab Pra Islam adalah nomaden, mereka berpindah dari suatu padang rumput (oase) ke padang rumput lainnya, orang-orang Arab hidup secara komunal, hidup dalam suku yang umumnya terbentuk berdasarkan pertalian darah, suku ketika itu adalah pelindung bagi eksistensi seseorang.
Secara ekonomi masyarakat Mekah adalah masyrakat yang kapitalis. Diantara mereka terdapat golongan berjuis yakni orang-orang san suku-suku yang kaya dan terpandang mereka pada umumnya individualisme dalam hal kekayaan, kepedulian mereka relatif rendah terhadap orang-orang dan suku-suku lemah, ditengah-tengah masyarakat yang demikianlah Muhammad dilahirkan.
Dilihat dari silsilah keturunan para sejagawan membagi kaum bangsa Arab menjadi 3 bagian yaitu :
1.      Arab Ba’idah yaitu kaum arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa dilacak secara rinci.
Pada dasarnya Arab Ba’idah ini bukannya tidak bisa di lacak, hanya saja kurang bisa diteliti secara rinci dan jelas. Hal ini dikarenakan mungkin kurangnya informasi atau hal – hal yang bisa di teliti untuk mengetahui bagaimana sejarah arab ba’idah itu secara utuh dan jelas.
Atau tidak adanya keterangan silsilah yang jelas pada arab ba’idah itu sendiri. Karena yang dimaksud tidak bisa di lacak disini adalah keturunan.
2.   Arab Aribah yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub Yasyjub bin Qahthan
3.   Arab Musta’ribah yaitu kaum-kaum arab yang berasal dari keturunan Ismail


B.     Konsidi Sosial Budaya dan Agama
Keadaan sosialnya di bedakan menjadi 2 yaitu dari segi positif dan negatif dari segi positif misalnya setia pada kawan dan pada janji, menghormati tamu, tolong menolong antar anggota kabilah. Dan dari segi buruknya misalnya merendahkan derajat wanita. Secara garis besar kondisi masyarakat mreka bisa dikatakan lemah dan buta. Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, wanita diperjual belikan dan kadang-kadang diperlakukan layaknya benda mati.
Arab pada masa Pra Islam memiliki kebudayaan musyirik (menyembah berhala. Pada masa itu ada 3 berhala yang paling besar yang ditempatkan di tempat-tempat tertentu seperti :
1.   Manat di Musyallal di tepi laut merah
2.   Latta di Thaif
3.   Uzza di Wadi Makhlah

Selain itu orang – orang Arab juga mempercayai dengan pengundian nasib dengan anak panah dihadapan berhala hubal. Mereka juga mempercayai perkataan peramal, orang – orang pintar dan ahli nujum. Sekalipun masyarakat Arab Jahiliyyah seperti itu, tapi masih ada sisa-sisa dari agama Ibrahim yanf tetap mengagungkan ka’bah.
Agama-agama yang ada di Arab Pra Islam seperti Yahudi, Nasrani dan Agama Ibrahim. Orang-orang musyrik yang mengaku agama Ibrahim keadaannya jauh sama sekali dari perintah dan larangan syariat Ibrahim dan orang-orang Yahudi berubah menjadi orang-orang yang angkuh dan sombong, sedangkan agama Nasrani berubah menjadi agama paganisme yang sulit dipahami dan menimbulkan pencampuradukan antara Allah dan manusia.

C.     Ilmu Pengetahuan dan Politik
Meskipun Arab terpencil dari dunia luar, namun mereka memiliki daya intelektual yang sangat cerdas, bukti dari kecerdasan akal mereka dalam ilmu pengetahuan dan seni bahasa dapat ditemukan sebagai berikut :
1.   Ilmu Astronomi
Bangsa kaidan (Babilon) adalah guru dunia bagi ilmu astronomi mereka menciptakan ilmu astronomi dan membina asas-asasnya.
2.   Ilmu Meteorologi
Mereka menguasai ilmu cuaca atau ilmu iklim
3.   Ilmu Mitologi
4.   Ilmu Tenung.
Keahlian tentang tenung dalam menenung bukan merupakan bagian intelektual yang tinggi, karena ilmu tenung itu sendiri bukanlah ilmiah dan hanya bersifat relatif dan terkaan.
5.   Ilmu Thib (kedokteran)

Kondisi Arab sebelum Islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri sendiri-sendiri, satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan, mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional.
Rasa kesukuan (asyabiyah) amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bilamana terjadi salah seorang diantara mereka teraniaya maka seluruh anggota-anggota kabilah itu akan bangkit membelanya. Semboyan mereka “tolong saudaramu, baik dia menganiaya atau dianiaya”
Kekuasaan yang berlaku saat ini adalah syistem diktator. Banyak hal yang terabaikan kadang-kadang persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai sistem keturunan paman kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis dihadapan orang banyak. 
Pada dasarnya sistem politik arab sebelum islam yaitu masyarakatnya hidup bersuku suku dan berdiri sendiri – sendiri, sehingga berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Dampak buruk dari sistem politik ini adalah Mereka hanya membela orang – orang yang ada dalam suku mereka, tidak ada rasa ikatan nasional di antara mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar