Belajar dari akhir kehidupan para salaf adalah
sangat perlu bagi kita semua, mereka adalah orang-orang terdepan dari umat ini,
para pemimpin dan ulama kaum muslimin. Sungguh mereka sangat takut kalau
menghadap Allah dalam keadaan membawa dosa dan kemaksiatan.
Marilah
kita simak beberapa pelajaran berharga dari mereka:
Aisyah Radhiallaahu anha menceritakan bahwa
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tatkala menjelang wafat disediakan untuk
beliau satu wadah air, beliau memasukkan tangannya ke dalam air lalu
mengusapkan ke wajahnya seraya bersabda, "La ilaha illallah, sesungguhnya
di dalam kematian ada sakaratul maut." Kemudian beliau menengadahkan kedua
tangan-nya lalu mengatakan, "Fir Rafiqil A'la" lalu beliau wafat dan
tangannya tergeletak lemas.
Ketika Umar al Faruq menjelang ajal, beliau
berkata kepada putranya Abdullah, "Letakkan pipiku di atas tanah”, namun
Abdullah enggan untuk melakukan itu. Beliau berkata hingga untuk ketiga
kalinya, "Letakkan pipiku di atas tanah, semoga Allah melihatku dalam
keadaan demikian, kemudian Dia merahmatiku. "Diriwayatkan, bahwa beliau
terus menangis sehingga pasir-pasir menempel di kedua mata beliau seraya
mengatakan, "Celakalah Umar, celaka juga ibunya, jika Allah tidak
memaafkannya."
Ketika Abu Hurairah sakit parah beliau
menangis, lalu ditanya, "Apa yang membuat anda menangis? Beliau menjawab,
"Saya menangis bukan karena dunia ini, namun saya mena-ngisi perjalanan
setelah ini (dunia), bekalku yang sedikit, lalu saya akan menapaki tempat yang
menanjak lagi amat luas, sementara saya tidak tahu akan dimasukkan ke neraka
atau ke surga."
Utsman Radhiallaahu anhu berkata di akhir
hayatnya, "Tidak ada ilah selain Engkau, Maha Suci Engkau ya Allah,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang berbuat aniaya. Ya Allah aku
mohon pertolongan dalam seluruh urusanku, dan aku memohon kesabaran dalam menghadapi
ujian yang menimpaku."
Wahai manusia! Kini saatnya orang-orang yang
tertidur untuk bangun dari tidurnya, sudah saatnya orang yang lalai sadar dari
keterlenaannya, sebelum datang maut dengan membawa kegetiran dan kepahitan,
sebelum tubuh berhenti bergerak dan sebelum nafas terputus. Mumpung belum
memasuki perjalanan menuju alam kubur dan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Abu Darda' ketika menjelang wafat mengatakan,
"Apakah seseorang tidak mau beramal untuk mempersiapkan panggung
pergulatan ini? Mengapa orang tidak beramal untuk menghadapi waktu ini? Mengapa
orang tidak beramal untuk menyongsong hariku ini? Kemudian beliau menangis,
maka istri beliau bertanya,"Mengapa engkau menangis, bukankah engkau telah
menemani Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ? Beliau menjawab,
"Bagaimana aku tidak menangis sementara aku tidak mengetahui bagaimana
dosa-dosa telah menyerangku."
Dan berkata Abu Sulaiman ad-Darani, "Aku
berkata kepada Ummu Harun seorang wanita yang rajin beribadah, "Apakah
anda senang dengan kematian? Maka dia menjawab, "Tidak! Aku bertanya,
"Mengapa? Maka dia mejawab, "Demi Allah, andaikan aku berbuat
kesalahan kepada makhluk saja, maka aku takut untuk bertemu dengannya, maka
bagaimana lagi jika aku bermaksiat kepada Khaliq Yang Maha Agung?
Atha' as Sulami ditanya tatkala sakit yang
mengantarkan pada ajalnya, "Bagaimanakah keadaan anda? Beliau
menjawab," Kematian berada di leherku, kuburan ada di hadapanku, kiamat
adalah akhir perjalananku, jembatan Jahannam adalah jalanku, dan aku tidak tahu
apa yang akan terjadi pada diriku. Kemudian beliau menangis dan terus menangis
sehingga pingsan. Ketika sadar kembali beliau mengucapkan, "Ya Allah
kasihanilah aku, hilangakanlah kesedihan di dalam kuburku, mudahkan kesulitanku
ketika menjelang kematian, rahmatilah kedudukanku di hadapan-Mu wahai Dzat Yang
Paling Pengasih di antara para pengasih.”
Sementara itu ketika Sulaiman at Taimi telah
dekat wafatnya, dikatakan kepada beliau, "Kabar gembira buat anda, karena
anda adalah orang yang sangat bersungguh-sungguh di dalam ketaatan kepada
Allah." Maka beliau menjawab, "Janganlah kalian mengatakan demikian,
sesungguhnya aku tidak mengetahui apa yang tampak di hadapan Allah Azza wa
Jalla, karena Dia telah berfirman, "Dan jelaslah bagi mereka azab dari
Allah yang belum pernah mereka perkirakan.” (QS. 39:47)
Disebutkan, bahwa Abu Darda'z apabila ada
seseorang yang meninggal dalam keadaan yang baik, maka beliau berkata,
"Berbahagialah engkau, andaikan aku dapat menggantikan dirimu. " Maka
Ummu Darda' bertanya kepadanya tentang hal itu, lalu beliau menjawab, “Betapa
bodohnya engkau, bukankah engkau tahu, bahwa ada seseorang yang pagi-pagi dia
beriman, namun di sore hari telah menjadi munafik, ia lepaskan keimanannya
tanpa dia menyadari hal itu."
Muhammad al Munkadir menangis tatkala menjelang
wafatnya, lalu ia ditanya, "Apa yang membuat anda menangis? Beliau
menjawab, "Demi Allah aku menangis bukan karena dosa yang aku ketahui
telah aku lakukan, namun aku takut jika telah melakukan sesuatu yang aku anggap
sepele namun dihadapan Allah ternyata itu adalah sesuatu yang amat besar."
Sufyan ats Tsauri berkata, "Tidak ada
tempat yang lebih dahsyat bagiku daripada (tempat) terjadinya sakaratul maut,
aku sangat takut kalau dia (sakarat) terus menerus menekanku, aku telah meminta
keringanan, namun dia tidak menghiraukan, sehingga aku terkena fitnahnya."
Kemudian beliau menangis semalaman hingga menjelang pagi, ketika beliau
ditanya, "Apakah tangis tersebut karena dosa? Maka beliau mengambil
segenggam tanah dan berkata, "Dosa lebih ringan dari pada ini (tanah,
maksudnya adalah maut- pen), aku menangis karena takut terhadap su'ul khatimah
(akhir hidup yang buruk).
Shofwan bin Sulaim mengatakan, "Di dalam
kematian ada rahah (istira-hat) bagi seorang mukmin dari huru hara dan hiruk
pikuk dunia, walaupun harus merasakan putusnya nafas dan kepedihan. Kemudian
beliau mengu-curkan air mata.
Wahai saudaraku! Marilah kita mengumpamakan
diri kita masing masing sebagai seorang yang sedang berbaring menunggu ajal.
Saudara dan tetangga sedang mengerumuni kita, lalu di antara mereka ada yang
berkata, "Si Fulan telah berwasiat, sedangkan hartanya telah
dihitung." Ada lagi yang berkata, "Si fulan sudah tidak dapat
berbicara, sudah tidak mengenali para tetangganya dan mulutnya tertutup rapat.
Orang-orang memandangi kita, kita mendengar apa yang mereka perbincangkan, namun
tidak kuasa untuk menjawabnya. Lalu kita lihat anak kita yang masih kecil
menangis seseng-gukan di sisi kita seraya mengatakan, "Wahai ayah tercinta
siapakah yang akan mengasuhku nanti setelah ayah pergi? Siapakah yang akan
memenuhi kebutuhanku nanti? Kita mendengarkan semua itu, namun demi Allah kita
sudah tidak mampu manjawab lagi.
Syafiq bin Ibrahim berkata,
"Bersiap-siaplah kalian semua di dalam menghadapi kematian, jangan sampai
ketika ia datang lalu kalian minta di kembalikan lagi ke dunia (karena belum
beramal)."
Al 'Alla' bin Ziyad mengatakan juga,
"Hendaknya setiap orang dari kalian merasakan, bahwa dirinya telah
meninggal, lalu memohon kepada Allah untuk dikembalikan ke dunia, kemudian
Allah memenuhinya, maka hendaklah kalian beramal ketaatan kepada Allah."
Syamith bin 'Ajlan menuturkan, "Manusia
itu ada dua macam, pertama orang yang terus mencari bekal di dunia, dan ke dua
orang yang terus bersenang-senang di dunia. Maka lihatlah, termasuk golongan
yang manakah dirimu?”
Dikisahkan, bahwa suatu hari al Hasan al Bashri
melewati sekelompok pemuda yang sedang tertawa terbahak-bahak, maka beliau
bertanya, "Wahai anak saudaraku, apakah kalian pernah menyebrangi ash
Shirath(jembatan Jahannam)? Para pemuda itu menjawab, "Belum." Beliau
bertanya lagi, "Apakah kalian tahu ke surga ataukah ke neraka kalian akan
dimasukkan?" Mereka menjawab, “Tidak." Kemudian beliau berkata,
"Lalu untuk apakah tawamu yang demikian itu?" Semoga Allah memberi
maaf kepada kalian semua. Dan ketika beliau menjelang wafat beliau menangis
seraya mengatakan, "Jiwa yang lemah, sedang urusan sangat dahsyat dan
besar, sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita
akan kembali."
Wahai saudaraku! Kita semua tidak dapat
membayangkan bagaimanakah keadaan malam pertama di alam kubur itu. Anas
Radhiallaahu anhu pernah berkata, "Maukah kalian kuberi tahu dua hari dan
dua malam yang belum pernah diketahui dan didengar oleh manusia (yang masih
hidup)? Hari yang pertama adalah hari di mana datang kepadamu pembawa berita
dari Allah, baik dengan membawa keridhaan-Nya maupun murka-Nya (waktu
meninggal-pen), dan kedua yaitu hari dimana kalian dihadapkan kepada Allah
untuk mengambil buku catatan amal, dengan tangan kiri ataukah dengan tangan
kanan. Sedangkan dua malam, adalah malam pertama kali di dalam kubur dan malam
dimana pagi harinya dilenyapkan tatkala terjadinya Hari Kiamat.
Kematian adalah perkara yang mengerikan, urusan
yang sangat dahsyat, suguhan yang rasanya paling pahit dan tidak disukai. Dia
adalah peristiwa yang menghancurkan seluruh kelezatan dunia, memutuskan
ketenangan, serta pembawa duka dan kesedihan. Dia memutuskan segala yang telah
tersambung, memisahkan anggota badan dan menghancurkan seluruh tubuh, sungguh
dia adalah perkara yang sangat besar dan mengerikan.
Kita bayangkan bagaimana keada-an kita tatkala
kita diangkat dari tempat tidur kita, dibawa ke suatu tempat untuk dimandikan,
lalu kita dibungkus dengan kain kafan, keluarga dan tetangga bersedih, saudara
dan teman menangis. Orang yang memandikan kita berkata, "Dimanakah istri
si fulan, dia akan melepas kepergian suaminya, dan dimanakah anak-anak yatim si
fulan, "Kalian semua akan ditinggalkan oleh ayah, kalian tidak akan bertemu
lagi dengannya setelah ini."
Jika para Nabi dan Rasul, shalihin dan muttaqin
semuanya mengalami hal itu, maka apakah kita akan terlena dari mengingatnya?
Wallahu a'lam bish shawab.
Sumber: Buletin Dar Ibnu Khuzaimah, judul " 'Ala Firasyil Maut."
Sumber: Buletin Dar Ibnu Khuzaimah, judul " 'Ala Firasyil Maut."
Subhanallah,,, Ampunilah Dosa HambaMu Ya Robbi
BalasHapus