BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sering kita mendengar bahwa peristiwa
masa lalu bisa dijadikan sebagai jas merah, sebenarnya maksud dari kata jas
merah itu sendiri adalah “jangan sampai melupakan sejarah”. Apalagi kita
sebagai orang Islam dan menuntut ilmu di Universitas Islam tentunya harus paham
akan sejarah kebudayaan islam di masa lalu. Hal ini perlu agar kita mampu
menganalisa dan mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi.
Dalam makalah kali ini akan dibahas
mengenai Islam pada masa Daulah Umayyah, tepatnya Islam di Andalusia, berlanjut
sampai berdirinya Daulah Bani Abbasiyah. Andalusia yang kita kenal sekarang
semula disebut Vandal yang kemudian oleh bangsa Arab disebut Andalusia. Dan
untuk lebih detailnya tentang perkembangan Islam di Andalusia ini akan
diuraikan dalam bab Pembahasan.
Dengan segala keterbatasan tim
penulis, maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara
rinci, tapi akan dibahas inti dari masa daulah
umayyah pada waktu itu.
umayyah pada waktu itu.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan
masalah sebagaimana tertuang
dalam kata pengantar, meliputi:
dalam kata pengantar, meliputi:
1. Bagaimana
kemunculan daulah Umayyah, serta cara-cara yang ditempuh hingga daulah Umayyah
II ini berdiri?
2. Masa
kejayaan daulah Umayyah, yaitu membahas mengenai pada masa khalifah siapakah
masa kejayaan itu terjadi dan prestasi apa saja yang pernah diraih?
3. Runtuhnya daulah Umayyah, yaitu
menjelaskan sebab-sebab mengapa daulah Umayyah
runtuh?
4. Runtuhnya daulah Umayyah ,
daulah siapakah yang berjaya setelah itu?
5. Mengkaji masa keemasan bani
Abbasiyah, dan prestasi apa saja yang telah berhasil di dapatkan?
Demikianlah sedikit gambaran mengenai
isi makalah ini yang tim penulis buat dengan metode literatur kaji pustaka
terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema makalah yang kami buat dan
berdasarkan pada diskusi yang kami lakukan.
C. TUJUAN
Makalah
ini penulis sajikan, bertujuan agar mahasiswa/i memahami bagaimana kejayaan
Islam dimasa silam, bahwa pada masa lalu Islam mencapai masa keeamasan.
Kejayaan itu tidak hanya dibidang Ibadah yang semestinya dilaksanakan oleh umat
Islam saja, akan tetapi kejayaan itu juga membawa kemenangan dibidang Ilmu
pengetahuan, Sains, dan teknologi.
Setelah
membaca makalah yang kami susun ini, semoga mahasiswa/i termotifasi untuk lebih
giat lagi dalam menimba Ilmu pengetahuan, tidak hanya melaliu fakultas atau
perguruan tinggi saja, tetapi juga melalui pustaka-pustaka. Sehingga
mahasiswa/i tidak lagi bersifat statis, tetapi lebih dinamis dalam
mengembangkan Ilmu pengetahuan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Berdirinya Daulah Umayyah
- Islam masuk di Andalusia
Andalusia yang semula bernama Vandal pada abad ke-2 sampai ke-5 Masehi
merupakan wilayah kekuasaan Romawi, tapi kemudian ditaklukan oleh bangsa Vandal
pada awal abad ke-5 Masehi. Setelah itu datanglah bangsa Gothia ke Andalusia
memerangi bangsa Vandal dan menguasai Andalusia. Pada Awalnya bangsa Gothia ini
kuat sekali tapi kemudian banyak perpecahan dan menyebabkan kemunduran kerajaan
itu.
Kemudian setelah Witiza, raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick.
Kenaikan Roderick ini tidak disukai oleh putra Witiza, dan untuk merebut
kekuasaan mereka bekerja sama dengan Graf Julian yang meminta bantuan pada Musa
bin Nushair, gubernur Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta
ijin pada Khalifah walid bin Abdul Malik yang berkedudukan di Damascus, dan
segera dikirimlah pasukan sebanyak 500 orang dibawah pimpinan Tharif bin
Malik untuk menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan pasukan ini, Musa
mengirimkan pasukan gerak cepat di bawah komando Thariq bin Ziyad,
yang kemudian terkenal dengan selat Gibraltar atau Jabal Thariq.
Mendengar kemenangan Thariq, Musa akhirnya tertarik untuk melakukan
penyerangan terhadap Spanyol. Jika Thariq menaklukan kota bagian barat maka
Musa menaklukan bagian timur seperti Sevilla, Marida, dan Toledo. Dan setelah
keduanya bergabung mereka menaklukan Aragon, Castilia, Katalona, Saragosa dan Barcelona hingga ke pegunungan Pyrenia. Hingga akhirnya Musa wafat di penjara akibat korban sepucuk surat. Setelah jatuhnya wilayah Andalusia ke tangan pemerintahan Daulah Umayyah, diperkirakan terdapat enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan Umayyah di Damaskus, mereka adalah:
penyerangan terhadap Spanyol. Jika Thariq menaklukan kota bagian barat maka
Musa menaklukan bagian timur seperti Sevilla, Marida, dan Toledo. Dan setelah
keduanya bergabung mereka menaklukan Aragon, Castilia, Katalona, Saragosa dan Barcelona hingga ke pegunungan Pyrenia. Hingga akhirnya Musa wafat di penjara akibat korban sepucuk surat. Setelah jatuhnya wilayah Andalusia ke tangan pemerintahan Daulah Umayyah, diperkirakan terdapat enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan Umayyah di Damaskus, mereka adalah:
a.
Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, yang berkuasa selama 2
tahun (715-717 M). Pada masa ini dapat dikuasai beberapa wilayah seperti Evora,
Santarem, Cainbra, Malaga, dan Ellira.
b.
Ayub bin Habib, pada masa pemerintahannya Cordova
dijadikan sebagai pusat pemerintahan.
c.
Al-Harun bin Abdurrahman al-Tsafiqi (716-719 M)
d.
Saman bin Malik Al-Chaulany (719-721 M)
e.
Anbasah (723-726 M), pada masa pemerintahannya ia
berhasil menguasai wilayah Gallia, Setpimia dan terus ke lembah sungai Rhone.
f.
Abdul Rahman al-Ghafiqi (730 M), pada masa ini ia dapat
menguasai Hertongdom dan Aquitania yang
termasuk wilayah kekuasaan Prancis.
- Pendiri Daulah Umayyah
Ketika Daulah Abbasiyah berkuasa, banyak pemuka yang mendukung
pemerintahan. Daulah Umayyah dan bani Umayyah dikejar-kejar serta ditangkap.
Salah seorang yang selamat dari kejaran para pendukung Daulah Bani Abbas adalah
Abdurrrahman. Melalui Palestina dan Afrika Utara, ia berhasil memasuki
wilayah Andalusia. Keberhasilannya tidak dicapai dengan mudah tetapi melalui
usaha yang gigih, karena pada saat itu Andalusia diperintah oleh Yusuf bin
Abdurrahman al-Fikry. Pada masanya banyak terjadi pertentangan
antara sesama kabilah Arab serta bangsa Barbar.
Masuknya Abdurrahman ke wilayah Andalusia mengakibatkan pertempuran antara
Yusuf dan Abdurrahman di dekat Cordova pada tahun 139 H/ 758 M.
Peperangan ini dimenangkan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil, dengan demikian ia
memasuki Cordova dengan membawa kemenangan dan sejak saat itulah Abdurrahman
mendirikan kerajaan Islam di Andalusia.
Karena keberhasilannya itulah ia diberi gelar al-Dakhil, artinya
orang yang berhasil memasuki wilayah Andalusia dan
selamat dari kejaran pemerintah Daulah Abbasiyah. Sementara itu, Abu Ja’far
al-Manshur memberinya gelar “saqar Quraiys”, artinya rajawali
Quraiys yang mampu terbang jauh kewilayah Eropa di Andalusia.
- Masa pemerintahan amir-amir Bani Umayyah
a.
Abdurrahman Al-Dakhil ( 757-788 M )
Setelah mendirikan kerajaan besar di Andalusia, langkah pertama yang
dilakukannya adalah memperbaiki keadaan dalam negeri. Hampir seluruh usianya
dipergunakan untuk memerangi lawan-lawannya seperti ancaman dari Abu Ja’far
Al-Manshur (khalifahAbbasiyah kedua), perlawanan dari raja Frank, Prancis, dan
sebagainya. Setelah dirasa aman barulah Abdurrahman melaksanakan pembangunan
demi kesejahteraan rakyatnya. Diantaranya adalah mendirikan masjid agung di
Cordova, yaitu masjid Al-Hambra dan setelah beliau wafat pembangunan kemudian
dilanjutkan putranya Hisyam I. Abdurrahman wafat di usianya yang ke-61 dan ia
telah memerintah selama kurang lebih 31 tahun lamanya.
b.
Hisyam bin Abdurrahman ( 796-822 M )
Ia seorang yang salih dan adil. Dalam bidang pendidikan ia sangat mengutamakan sehingga lahirlah jabatan hakim (Qadli). Dan di bidang
pembangunan ia menyelesaikan mesjid raya Cordova.
c.
Hakam I bin Hisyam ( 796-822 M )
Tabiatnya sangat berbeda dengan ayahnya, ia suka sekali bermubuat maksiat
terhadap rakyatnya, sehingga banyak terjadi pemberontakan pada saat itu.
d.
Abdurrahman II / Al-Ausath ( 822-852 M )
Ia dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu[1], usaha-usaha yang dilakukannya pun begitu banyak baik di bidang politik, ekonomi, maupun pembangunan.
- Masa Pemerintahan Khalifah
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang
bergelar “An-Nashr” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan
sebutan Muluk al-Thawaif.
B. Para Khalifah Dinasti Bani Umayyah
Dinasti
Bani Umayyah di Damaskus berkuasa selama hamper satu abad (661 M - 750 M).
selama rentang waktu tersebut, dinasti ini dipimpin oleh 14 khalifah, yaitu :
- Muawiyah bin Abu Sufyan / Muawiyah I (661-683 M)
- Yazid bin Muawiyah / Yazid I (683 M)
- Muawiyah bin Yazid / Muawiyah II (683 M)
- Marwan bin Hakam /Marwan I (683-685 M)
- Abdul Malik bin Marwan (685-705 M0
- Walid bin abdul Malik / Walid I (705-715 M)
- Sulaiman bin Abdul Malik (715-717 M0
- Umar biun Abdul Aziz / Umar II (717-720 M)
- Yazid bin Abdul MAlik / yazid II (720-724 M)
- Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M)
- Walid bin Yazid / Walid II (743-744 M)
- Yazid bin Walid / Yazid III (744 M)
- Ibrahim bin Walid I (744 M)
- Marwan biun Muhammad / Marwan II (744-750 M)
C. Masa Kejayaan Daulah Umayyah
1.
Perkembangan Kota
dan Seni Bangun
Ketika Al-Dakhil berkuasa, Cordova menjadi ibu kota
Negara. Ia membangun kembali kota ini dan
memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling kota
dan istananya.Sepeninggal al-Dakhil, Cordova terus berkambang dan menjadi salah
satu kota
terkemuka di dunia.Peninggalan al-Dakhl yang kini masih tegak berdiri adalah
Masjid Jami Cordova.
Pada masa Hisyam1 dimana ia memugar kembali
jembatan tua yang dibangun oleh al-khaulani, di samping menanbah
bangunan-bangunan megah dan taman-taman yang indah. Pemugaran selanjutnya
dilakukan pada masa Al-Mustanshir dan Al-Manshur.
Pada masa Al-Mustanshir dan
Al-Mu’ayyah yang
merupakan perkembangan paling pesat yang terjadi pada saat itu dimana pusat
kota yang dikelilingi oleh tembok dengan tujuh pintu gerbangnya, pada waktu itu
sudah berada di tengah, karena berkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya.
Kebanggaan Cordova :
- Al-Qashr al-Kabir
- b. Al-Rushafah
- Masjid Jami’ Cordova
- Jembatan Cordova
- Al-Zahrar
- Al-Zahirah
2.
Perkembangan
Bahasa dan Sastra Arab
Bahasa Arab masuk ke Andalusia
bersamaan dengan masuknya Islam ke daratan itu.Syalibi yang mengutip keterangan
Nicholson menyatakan bahwa pada permulaan abad IX M bahasa arab sudah menjadi
bahasa resmi di Andalusia.
Sejalan dengan perkembanga bahaAsa arab,
berkembang pula kesusastraan Arab yang dalam arti sempit, disebut adab, baik
dalam bentuk puisi maupun prosa. Diantar jenis prosa adalah khithabnah,
tarrasul, maupun karta fiksi lainnya.Menurut Amer Ali”Orang –arang Arab
Andalusia adalah penyair-penyair alam.Mereka menemukan bermacam jenis puisi,
yang kemudian dicontoh oleh orang-orang Kristen di Eropa selatan.
Sastrawan
yang terkemuka pada masa itu di antaranya adalah :
a.
Abu Amr Ahmad ibn
Muhammmad ibn Abd Rabbih
b.
Abu Amir Abdullah
ibn Syuhaid
c.
Ibn Hazm orang
penyair sufi yang banyak mengubah puisi-puisi cinta.
d.
Muluk al-thawaif
dianggap penyair paling besar di Andalusia
pada masa itu
pada masa itu
3.
Perkembangan Ilmu
Pengetahuan
Pemisahan Andalusia dari Bagdad secara politis,
tidak berpengaruh terhadap transmisi keilmuan dan peradaban antara
keduanya.Banyak muslimi Andalusia yang menuntut Ilmu di negeri Islam belahan
timur itu, dan tidak sedikit pula paa ulama dari timur yang mengembangkan
ilmunya di Andalusia.
Kebanyakan umat Islam menganut paha Maliki dimana
dasar pemikiran hukumnya adalah hadits.Perhatian muslim Andalusia terhadap
hadits Rasulilllah saw amat besar pada waktu itu.Mahzab ini diperkenalkan
pertama kali oleh Ziyad ibn Abd al-Rahman Ibn Ziyad al-lahmi.Tokoh lain yang
tidak kalah populernya dalam pengembangan ilmu fiqih ialah Abu Bakar Muhmmad
ibn Marwan ibn Zuhr. Ilmu agama yang berkembang amat pesat adalah Ilmu Qira’at,
yaitu ilmu yang membahas fadh-lafadh Al-Qur’an yang baik dan benar. Abu Amr
al-Dani Utsman ibn Said adalah ulama ahli Qira’at kenamaan dari Andalusia yang mewakili generasinya.
Sejalan dengan perkembangan filsafat, berkembang
pula ilmu-ilmu lain. Ilmu pasti yang banyak digemari bangsa Arab berpangkal dari
buku India Sinbad yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim
al-Fazari. Perkembangan ini sangat erat kaitannya dengan kerjasama yang
harmonis antara penguasa, hartawan, dan para ulama. Kepercayaan umat Islam pada
waktu itu adalah, kewajiban menuntut ilmu merupakan tanggung jawab pemerintah.
Andalusia pada kala itu sudah
mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hampir tidak ada seorang
pun penduduknya yang buta huruf. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban
arab mengalir ke negara-negara Eropa Kristen, melalui kelompok-kelompok
terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di Universitas Cordova, Malaga, Granada, Sevilla
atau lembaga-lembaga ilmu pengetahuan lainnya di Andalusia.
D. Runtuhnya Daulah Umayyah
Keruntuhan daulah Umayyah di Andalusia dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor
tersebut antara lain:
1.
Konflik Islam
dengan Kristen
Pada abad ke-11 M umat Kristen
memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2.
Tidak Adanya
Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat – tempat lain,
para mukallaf diperlakukan sebagai orang islam yang sederajat, di Spanyol,
sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang – orang
Arab tidak pernah menerima orang –orang pribumi. Setidak –tidaknya sampai abad
ke-10 M, mereka msih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mukallaf,
suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok – kelompok etnis
non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu
mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersrbut. Hal
ini menunjukan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan,
disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3.
Kesulitan Ekonomi
Di paruh ke dua masa islam di
Spanyol, para penguasa membangun kota
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai
membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat membertkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai
membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat membertkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4.
Tidak Jelasnya
Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan
kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah
runtuh dan Muluk Al-Thawif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam
terakhir di Spanyol jatuh ketangan Ferdinan dan Issabella, diantaranya juga
disebabkan permasalahan ini.
5.
Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan
terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa
mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.
DAULAH BANI ABBASIYAH
Sepeninggal Hisyam bin Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani
Umayyah yang tampil bukan hanya lemah, tetapi juga bermoral buruk. Hal ini
makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya pada tahun 750 M, daulah Bani
Umayyah dapat digulingkan dan pemerintahan pun berpindah tangan kepada Bani
Abbasiyah. Karena sifat masalah yang berkembang di bawah dinasti Umayyah
terlalu arogan membuat Bani Abbasiyah mengadakan suatu revolusi, bukan hanya
melakukan pergantian dinasti saja. Kemajuan-kemajuan telah dirasakan oleh kaum
muslimin dalam masa ini, terlebih ketika kepemerintahan dipegang oleh khalifah
Harun al-Rasyid, dan putranya al-Makmun.
Dalam zamannya tersebut, berbagai disiplin ilmu telah dilahirkan
atas jasa beberapa tokoh intelektual muslim, kedokteran, filsafat, kimia,
sejarah, dan geografi, misalnya.
A. Masa Keemasan Bani
Abbasiyah
Dinamakan khalifah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa
dinasti ini adalah keturunan al-Abbas, paman Nabi Muhammad saw. Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Suffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah
ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari
tahun 132-565 H (750-1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan
budaya. Berdasarkan pola pemerintahan, para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi tiga periode[1] yaitu:
1. Periode pertama
(132 H/750 M – 232 H/847 M). Kekuasaan pada periode ini berada di tangan para
khalifah.
2. Periode kedua (232
H/847 M – 590 H/1194 M). Pada periode ini kekuasaan hilang dari tangan para
khalifah berpindah kepada kaum Turki (232-234 H), golongan Bani Buwaim (334-447
H), dan golongan Bani Saljuq (447-590 H).
3. Periode ketiga (590
H/1194 M – 656 H/1258 M), pada periode ini kekuasaan berada kembali di tangan
para khalifah, tetapi hanya di Baghdad
dan kawasan-kawasan sekitarnya
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa
keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain kemakmuran
masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun,
setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbasiyah mulai menurun dalam
bidang politik meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan berkembang.[2]
Kalau dasar-dasar pemerintahan Bani Abbasiyah diletakkan dan
dibangun oleh Abu al-Abbas dan Abu Ja’far al-Mansur, maka puncak keemasannya
dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu: Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi (775-786 M) ,Harun al-Rasyid (785-809 M)
,Al-Ma’mun (813-833 M) ,Al-Mu’tashim (833-842 M) ,Al-Wasiq (842-847 M) ,Al-Mutawakkil (847-861 M).
Pada masa al-Mahdi, perekonomian mulai meningkat dengan
peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil
pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi.[3]
Popularitas Daulah Bani Abbasiyah mencapai puncaknya pada zaman
khalifah Harun al-Rasyid dan putranya al-Makmun. Ketika mendirikan sebuah
akademi pertama di lengkapi pula dengan lembaga untuk penerjemahan. Adapun
kemajuan yang dapat dicapai adalah sebagai berikut :[4]
1. Lembaga dan
kegiatan ilmu pengetahuan
Sebelum dinasti Bani Abbasiyah, pusat kegiatan dunia Islam selalu
bermuara pada masjid. Masjid dijadikan center of education. Pada dinasti
Bani Abbasiyah inilah mulai adanya pengembangan keilmuan dan teknologi
diarahkan ke dalam ma’had. Lembaga ini kita kenal ada dua tingkatan, yaitu :
a. Maktab/kuttab dan
masjid yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak remaja belajar dasar-dasar
bacaan, menghitung dan menulis serta anak remaja belajar dasar-dasar ilmu
agama.
b. Tingkat pendalaman,
para pelajar yang ingin memperdalam Islam pergi ke luar daerah atau ke
masjid-masjid, bahkan ke rumah gurunya. Pada tahap berikutnya, mulailah dibuka
madrasah-madrasah yang dipelopori Nizhamul Muluk yang memerintah pada tahun
456-485 H. Lembaga inilah yang kemudian berkembang pada masa dinasti Bani
Abbasiyah.
2. Corak gerakan
keilmuan
Gerakan keilmuan pada dinasti Abbasiyah lebih bersifat spesifik,
kajian keilmuan yang kemanfaatannya bersifat keduniaan bertumpu pada ilmu
kedokteran, di samping kajian yang bersifat pada al-Qur’an dan al-Hadits,
sedang astronomi, mantiq dan sastra baru dikembangkan dengan penerjemahan dari
Yunani.
3. Kemajuan dalam
bidang agama
Pada masa dinasti Bani Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai
berkembang, terutama dua metode, yaitu tafsir bil al-ma’tsur
(interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari nabi dan para
sahabat), dan tafsir bil al-ra’yi (metode rasional yang lebih banyak
bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat).[5]
Dalam bidang hadits, pada zamannya hanya bersifat penyempurnaan,
pembukuan dari catatan dan hafalan dari para sahabat. Pada zaman ini juga mulai
diklasifikasikan secara sistematis dan kronologis.
Dalam bidang fiqh, pada masa ini lahir fuqaha legendaris, seperti
Imam Hanifah (700-767 M), Imam Malik (713-795 M), Imam Syafi’i (767-820 M) dan
Imam Ahmad ibn Hambal (780-855 M).
Ilmu lughah tumbuh dan berkembang dengan pesat pula karena bahasa
Arab yang semakin dewasa memerlukan suatu ilmu bahasa yang bersifat menyeluruh.
4. Ilmu pengetahuan
sains dan teknologi
Kemajuan tersebut antara lain:
a. Astronomi, ilmu ini
melalui karya India Sindhind, kemudian diterjemahkan Muhammad ibn Ibrahim
al-Farazi (77 M). Di samping itu, masih ada ilmuwan Islam lainnya, seperti Ali
ibn Isa al-Asturlabi, al-Farghani, al-Battani, Umar al-Khayyam dan al-Tusi.
b. Kedokteran, dokter
pertama yang terkenal adalah Ali ibn Rabban al-Tabari. Tokoh lainnya al-Razi,
al-Farabi dan Ibnu Sina.
c. Kimia, tokohnya adalah
Jabir ibn Hayyan (721-815 M). Tokoh lainnya al-Razi, al-Tuqrai yang hidup di
abad ke-12 M.
d. Sejarah dan
geografi, tokohnya Ahmad ibn al-Yakubi, Abu Ja’far Muhammad bin Ja’far bin
Jarir al-Tabari. Kemudian ahli ilmu bumi yang terkenal adalah Ibnu Khurdazabah
(820-913 M).
5. Perkembangan
politik, ekonomi dan administrasi
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah periode I,
kebijakan-kebijakan politik yang dikembangkan antara lain :
a. Memindahkan ibu
kota negara dari Damaskus ke Baghdad
b. Memusnahkan keturunan
Bani Umayyah
c. Merangkul
orang-orang Persia, dalam rangka politik memperkuat diri, Abbasiyah memberi
peluang dan kesempatan besar kepada kaum Mawali.
d. Menumpas
pemnberontakan-pemberontakan
e. Menghapus politik
kasta
f. Para khalifah tetap
dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, gubernur dan para pegawai
lainnya dipilih dari keturunan Persia
dan Mawali.
g. Ilmu pengetahuan
dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia
h. Kebebasan berfikir
sebagai HAM diakui sepenuhnya.
i. Para menteri
turunan Persia
diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintah (Hasjmy,
1993: 213-214).
Selain kemajuan di atas, pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah,
pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan maju dan menunjukkan angka vertikal. Devisa
negara penuh dan melimpah ruah. Khalifah al-Mansur merupakan tokoh ekonomi
Abbasiyah yang mampu meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam ekonomi dan
keuangan negara. Di sektor perdaganganpun merupakan yang terbesar di dunia saat
itu dan Baghdad sebagai kota pusat perdagangan.[6]
B. Faktor-faktor
Pendukung Masa Keemasan
Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi masa keemasan Bani
Abbasiyah, khususnya dalam bidang bahasa,[7] adalah:
1. Terjadinya asimilasi
antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Asimilasi berlangsung secara
efektif dan bernilai guna. Bangsa itu memberi saham-saham tertentu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Gerakan terjemahan
yang berlangsung dalam tiga fase.
a. Fase pertama, pada
masa khalifah al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak
diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq
b. Fase kedua,
berlangsung mulai khalifah al-Ma’mun hingga tahun 300 H.
c. Fase ketiga,
berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas.
Bidang-bidang yang diterjemahkan semakin luas.
Dengan gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan dalam
bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Akan tetapi,
secara garis besar ada dua faktor penyebab tumbuh dan kejayaan Bani Abbasiyah,[8] yaitu:
1. Faktor internal:
faktor yang berasal dari dalam ajaran Islam yang mampu memberikan motivasi bagi
para pemeluk untuk mengembangkan peradabannya.
2. Faktor eksternal,
ada 4 pengaruh, yaitu :
a. Semangat Islam
b. Perkembangan
organisasi negara
c. Perkembangan ilmu
pengetahuan
d. Perluasan daerah
Islam.
Adapun penyebab keberhasilan kaum penganjur berdirinya khilafah
Bani Abbasiyah adalah karena mereka berhasil menyadarkan kaum muslimin pada
umumnya, bahwa Bani Abbas adalah keluarga yang dekat kepada Nabi dan bahwasanya
mereka akan mengamalkan al-Qur’an dan Sunnah Rasul serta menegakkan syariat
Islam.[9]
C. Lahirnya
Tokoh-Tokoh Intelektual Muslim
Pada masa daulah Bani Abbasiyah, telah banyak tokoh-tokoh
intelektual muslim yang berhasil menemukan berbagai bidang ilmu pengetahuan,
antara lain yaitu :[10]
1. Filsafat
Setelah kitab-kitab filsafat Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab, kaum muslimin sibuk mempelajari ilmu filsafat, sehingga lahir filosof
dunia yang terkenal, yaitu :
a. Abu Ishak al-Hindy
(karyanya lebih dari 231 judul)
b. Abu Nashr al-Faroby
(karyanya sebanyak 12 buah)
c. Ibnu Sina (karyanya
al-Qanun fil al-Thib)
d. Ibnu Bajah
e. Ibnu Thufnil
f. Al-Ghazali
(terkenal dengan karyanya Ihya’ Ulumuddin)
g. Ibn Rusyd (terkenal
dengan Averoes di wilayah barat).
2. Kedokteran
Daulah Bani Abbasiyah telah melahirkan banyak dokter ternama,
yaitu:
a. Abu Zakaria Yuhana
ibn Masawih
b. Sabur ibn Sahal
c. Abu Zakaria al-Razi
(tokoh pertama yang membedakan cacar dengan measles)
d. Ibnu Sina
3. Matematika
Di antara ahli matematika Islam terkenal adalah beliau pengarang
kitab Al-Gebra (al-Jabar), ahli matematika yang berhasil menemukan angka nol
(0).
4. Farmasi dan Kimia
Di masa para ahli farmasi dan kimia pada masa pemerintahan dinasti
Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar (karyanya yang terkenal adalah al-Mughni).
5. Perbintangan
Tokoh ilmu perbintangan antara lain:
a. Abu Manshur
al-Falaky
b. Jabir al-Batany
(pencipta teropong bintang)
c. Raihan al-Bairleny
d. Abu Ali al-Hasan
ibn al-Hitami (terkenal dengan al-Hazen dalam bidang optik).
6. Tafsir dan Hadits
Ilmu tafsir yang berkembang pesat adalah tafsir al-Ma’tsur dan
al-Ra’yi di antara tokoh-tokohnya adalah :
a. Ibnu Jarir
al-Thabari (ahli tafsir al-Ma’tsur
b. Ibnu Athiyah
al-Andalusy (ahli tafsir al-Ma’tsur)
c. Abu Bakar Asam
(ahli tafsir al-Ra’yi)
d. Abu Muslim Muhammad
(ahli tafsir al-Ra’yi)
Sedangkan tokoh ilmu hadits yang terkenal antara lain :
a. Imam Bukhari (wafat 256 H/870 M)
b. Imam Muslim (wafat 261 H/875 M)
c. Ibn Majah (wafat 273 H/877 M)
d. Abu Dawud (wafat 275 H/889 M)
e. Al-Tirmidzi (wafat 279 H/892 M)
f. Al-Nasa’i (wafat
303 H/915 M).
7.
Pembentukan Madzhab-madzhab Fiqh
Thaha Jabir Fayadl
al-Ulwani (1987: 87-88) menjelaskan bahwa madzhab fiqih Islam yang muncul
setelah sahabat dan khabar al-tabi’in berjumlah 13 aliran. Ketiga belas aliran
ini berafiliasi dengan aliran ahlussunnah. Namun tidak semua aliran itu dapat
diketahui dasar-dasar dan metode istimbath hukum. Adapun di antara pendiri 13 itu
adalah sebagai berikut :
1. Abu Sa’id al-Hasan
ibn Yasar al-Bashri (w. 110 H)
2. Abu Hanifah
al-Nu’man ibn Tsabit ibn Zuthi (w. 150 H)
3. Al-Auza’i Abu ‘Amr
Abd al-Rahman ibn Amr ibn Muhammad (w. 157 H)
4. Sufyan ibn Sa’id
ibn Masruq al-Tsauri (w. 160 H)
5. Al-Laits ibn Sa’d
(w. 175 H)
6. Malik ibn Anas
al-Bahi
7. Sufyan ibn Uyainah
(w. 198 H)
8. Muhammad ibn Idris
al-Syafi’i (w. 204 H)
9. Ahmad ibn Muhammad
ibn Hanbal (w. 241 H)
10. Daud ibn Ali
al-Ashbahani al-Baghdadi (w. 270 H)
11. Ishaq ibn Rahawaih (w.
238 H)
12. Abu Tsaur Ibrahim
ibn Khalid al-Kalabi (w. 240 H)
Aliran hukum Islam
yang terkenal dan masih ada pengikutnya hingga kini hanya beberapa di antaranya
:
1. Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah
pendiri madzhab Hanafi. Nama lengkapnya Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit bin
Zufiat al-Tamimi yang masih mempunyai pertalian hubungan kekeluargaan dengan
Ali bin Abi Thalib. Lahir di Kufah 80H/699 M pada masa pemerintahan al-Walid
bin Abdul Malik. Semasa hidupnya beliau dikenal sebagai seorang yang sangat
dalam ilmunya, ahli zuhud, sangat tawadhu’, dan sangat teguh memegang ajaran
agama. Beliau wafat pada tahun 150 H/767 M pada usia 70 tahun. Dasar-dasar yang
menjadi sumber hukum Islam madzhab Hanafi adalah :
a. Al-Qur’an
b. Sunnah
c. Fatwa-fatwa sahabat
d. Qiyas
e. Istihsan
f. Urf
2. Imam Malik ibn Anas
Dilahirkan di
Madinah pada tahun 93 H. Imam Malik adalah seorang ulama yang sangat terkemuka,
terutama dalam ilmu hadits dan fiqh. Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum
Islam madzhab Maliki adalah :
a. Al-Qur’an
b. Sunnah
c. Ijma ulama Madinah
d. Fatwa sahabat
e. Qiyas
f. Masalihul mursalah
3. Imam Syafi’i
Nama lengkapnya
Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al-Quraisyi, dilahirkan di Ghazah, pada tahun
150 H. Beliau wafat di Mesir. Kitab-kitabnya hingga kini masih dibaca orang.
Murid-muridnya yang terkenal di antaranya adalah : Muhammad bin Abdullah bin
al-Ahkam, Abu Ibrahim bin Ismail bin Yahya al-Muzani. Dasar-dasar yang menjadi
sumber hukum Islam madzhab Syafi’i adalah :
a. Al-Qur’an
b. Sunnah
c. Ijma
d. Qiyas
e. Istidlal
4. Imam Ahmad Hanbali
Nama lengkapnya
adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal al-Syaibani. Beliau
dilahirkan di Baghdad
pada bulan Rabiul Awal 164 H/780 M. Imam Ahmad bin Hanbal banyak mempelajari
dan meriwayatkan hadits. Dia berhasil menyusun kitab himpunan hadits, yang
terkenal dengan nama Musnad Ahmad Hanbali.
Dasar-dasar yang
menjadi sumber hukum Islam/dalil hukum Islam (mashadir al-ahkam, adillat
al-ahkam) madzhab Hanbali adalah :
a. Al-Qur’an
b. Sunnah (hadits shahih)
c. Fatwa para sahabat
d. Hadits yang lemah (dhaif/hasan)
e. Qiyas
5. Imam Ja’far
Nama lengkapnya
Imam Ja’far ash-Shaddiq (80-146 H/699-765 M), adalah Ja’far bin Muhammad
al-Baqir bin Ali Zainal Abiding bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Beliau
dilahirkan pada tahun 80 H (699 M).
Ja’far al-Shadiq
adalah seorang ulama besar dalam banyak bidang ilmu, seperti ilmu filsafat,
tasawuf, fiqh, kimia dan ilmu kedokteran. Beliau adalah Imam yang keenam dari
dua belas Imam dalam madzhab Syi’ah Imamiyah. Di kalangan kaum sufi beliau
adalah guru syaikh yang besar, sedang di kalangan ahli Kimia beliau dianggap
sebagai pelopor ilmu Kimia, beliau adalah guru dari Jabir bin Hayyan, ahli
Kimia dan Kedokteran Islam.
Fiqh Ja’fari adalah
fiqh dalam madzhab Syi’ah pada zamannya, karena sebelum dan pada masa Ja’far
ash-Shiddiq tidak ada perselisihan. Perselisihan dan perbedaan pendapat baru
muncul sesudah masanya.
Dasar-dasar yang
menjadi sumber hukum/dalil hukum (mashadir al-ahkam, adillat al-ahkam),
madzhab Ja’fari adalah :
a. Al-Qur’an
b. Sunnah, yang diriwayatkan oleh Imam-imam (perawi-perawi) yang
diakui oleh mereka
c. Ijma’, yang diakui oleh mereka adalah ijma’ di kalangan Syi’ah.
d. ‘Aqal (Ra’yu)
8. Kalam dan Bahasa
Perdebatan para ahli mengenai dosa, pahala, surga, dan neraka
serta pembicaraan mereka mengenai ilmu ketuhanan atau tauhid menghasilkan ilmu,
yaitu ilmu tauhid dan ilmu kalam. Para
pelopornya adalah Jaham ibnu Shafwan, Wasil bin Atha’.
Sedangkan ilmu bahasa yang berkembang pada waktu itu adalah nahwu,
bayan, badi’ dan arudl. Di antara ilmuwan bahasa yang terkenal, adalah:
a. Imam Sibawih
(karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000 halaman)
b. Al-Kasai
c. Abu Zakaria al-Farra (kitab nahwunya terdiri dari 6.000 halaman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar