Selasa, 06 Maret 2012

Penyebab Perang Salib

BAB I
PENDAHULUAN

A.         LATAR BELAKANG
Orang Kristen di Indonesia, pada umumnya memandang orang Islam dengan tafsiran sempit. Di sini orang Islam diperlakukan sebagai orang yang lakunya seperti keledai liar dan tangannya melawan setiap orang. Perusakan dan pembakaran gedung-gedung gereja semakin memperkuat pandangan ini terhadap orang Islam bahwa kejadian itu adalah implikasi historis.

Tony Lane, seorang lektor dalam bidang Ajaran Kristen pada London Bible College, pernah menyatakan bahwa orang yang tidak menguasai sejarah adalah bagaikan orang yang lupa ingatan. Pernyataannya mengandung kebenaran. Seperti yang disebutkan di atas bahwa banyak orang Kristen menuduh bahwa sebab-musabab ketidakharmonisan umat beragama (Kristen dan Islam) adalah pihak Islam. Mereka lupa bahwa orang. Kristen pernah melakukan perbuatan keji, biadab, sekaligus memalukan dalam peristiwa yang disebut Perang Salib dan invasi mongol pada abad pertengahan. Ada banyak sumber informasi untuk memahami seluk-beluk Perang Salib.

B.                 TUJUAN
1.      Sejarah Peradaban Islam adalah merupakan suatu  materi perkuliahan yang wajib dipelajari oleh mahasiswa islam khususnya, agar mahasiswa itu tidak mudah tertipu.
2.      Memenuhi tugas mata kul;iyah SPI(sejarah peradaban islam)
 

BAB II
PEMBAHASAN
A.        Latar Belakang dan Faktor-faktor Penyebab Perang Salib
Sebagian besar pengaruh kebudayaan Islam atas Eropa terjadi akibat pendudukan
kaum Muslim di Spanyol dan Sisilia. Berasal dari sekelompok tentara pengintai
Islam menyeberang dari Afrika Utara ke ujung paling selatan Spanyol pada Juli
710. Laporan kegiatan mata-mata ini menimbulkan minat baru untuk menyerang.
Pada tahun 711 pasukan penyerang yang berjumlah 700 orang yang dipimpin
oleh Tariq dari Bani Umayyah menyerbu Spanyol berhasil mengalahkan Roderick,
raja Visigoth. Setelah menambah sekitar 500 orang lagi tentara Arab berhasil
menaklukkan hampir seluruh semenanjung Iberia.
Pada tahun 750 kekaisaran Islam di bawah kendali Bani Umayyah jatuh di tangan
Bani Abbasiyah. Pusat pemerintahan dipindahkan dari Damaskus ke Baghdad. Oleh
karena berpusat di timur, maka mereka kesukaran mengendalikan provinsi di
sebelah barat. Seorang pangeran muda dari Bani Umayyah berhasil melarikan diri
dari Maroko ke Spanyol. Di sana ia bergabung dengan salah satu faksi yang
tengah bentrok, dan atas kepemimpinannya mereka menggapai kemenangan. Pada
tahun 756 ia bergelar Khalifah Abd al-Rahman I dengan pusat pemerintahan di
Cordoba.Spanyol Islam dianggap mencapai puncak kekuasaan dan kemakmurannya pada masa kekhalifahan Abd al-Rahman III (912 – 961) Keberadaan negara atau wilayah
tidak lepas dari gerakan-gerakan politik di dalamnya. Gerakan politik pertama
muncul pada akhir pemerintahan Ustman bin Affan yang ditandai dengan kemunculan
Abdullah bin Sabab Gerakan politik ini selalu melekat pada pemerintahan
Islam disepanjang sejarah, termasuk di Spanyol Islam.

Intrik-intrik ini membuat Spanyol Islam mengalami pasang surut.Dunia Kristen Latin juga merasakan pengaruh Islam melalui Sisilia. Serangan pertama ke Sisilia terjadi pada tahun 652 di kota Sisacusa. Akan tetapipendudukan orang-orang Arab di Sisilia tidak berlangsung lama. Kebangkitan kembali Kerajaan Byzantium mengakibatkan berakhirnya semua pendudukan atas wilayah-wilayah penting.
Pada tahun 1055 tentara Turki mulai menyerang ke arah barat, yaitu kekaisaran
Byzantium dan Siria. Mereka juga menguasai Yerusalem pada tahun 1070. Dengan
demikian daerah yang bertetangga dengan dunia Kristen dikuasai oleh orang Islam
militan.
Orang-orang Kristen yang dahulu dapat berziarah ke Yerusalem secara
bebas mulai diganggu oleh orang-orang Turki. Pada abad 11 orang-orang yang
hendak berziarah membentuk kelompok-kelompok besar lengkap dengan perlindungan
militer.Setelah pengaruh Romawi lenyap dari Eropa Barat pada abad 5 wilayah ini ditimpa kekacauan. Suku-suku German yang merebut daerah yang dahulu dikuasai Romaw mempunyai kebudayaan yang jauh lebih rendah ketimbang kebudayaan Romawi danArab.
 Kehidupan gereja pun terpengaruh. Mulailah senjata masuk gereja Misi pekabaran Injil dihubungkan dengan ekspedisi militer. Memasuki abad 11gereja mulai melibatkan para bangsawan yang gemar berperang untuk menyerang musuh-musuhnya. Musuh-musuh di sini adalah orang Islam dan para bidat. Dengan demikian gereja mengatur peperangan dan menjamin kedamaian, ketenteraman, serta keadilan. Politik inidisebut gerakan damai Allah.

B.        PERANG-PERANG SALIB
1.  Perang Salib  I                                                                                                                               Berawal di Sisilia pada tahun 1050 ketika orang-orang Islam diusir. Hal yang sama terjadi juga di Spanyol. Pada tahun 1063 para tentara Salib Perancis dan
Spanyol sepakat untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai Islam. Paus
merestui mereka. Pada tahun 1085 raja-raja Kristen di Spanyol Utara merebut
Spanyol dari tangan orang Islam .
Dalam pada itu Byzantium yang terjepit oleh Turki meminta bantuan kepada Gereja Barat. Hal ini dimanfaatkan oleh Paus nuntuk memperluas pengaruhnya di Timur.Pada tahun 1094 Paus Urbanus II mengimbau orang Kristen barat untuk menolongByzantium. Melalui Sungai Rhein dan Donau para tentara Salib dari Jerman menujuKonstantinopel sambil membunuhi dan menyiksa orang-orang Yahudi.Kaisar Byzantium akhirnya terpaksa tunduk kepada Paus dan Gereja Barat. Padahalpandangan Gereja Timur terhadap perang ini berbeda dengan Gereja Barat. Bagi
mereka ini bukanlah perang suci.
Di Asia Kecil tentara Salib beberapa kali mengalahkan orang-orang Turki,
sehingga Kaisar Alexios sempat merebut kembali sebagian daerah yang hilang
setelah tahun 1071. Lalu pada tahun 1097 tentara Salib berhasil menguasai
Antiokhia dengan perjuangan berbulan-bulan dan menelan korban sangat banyak.
Tentara Salib meneruskan perjalanan ke Yerusalem dan tiba di sana pada Juni
1099.
Orang-orang Kristen yang merupakan mayoritas diusir dari Yerusalem.
Mereka mengepung kota. Yerusalem berhasil direbut oleh tentara Salib. Orang
Yahudi dan Islam dibunuhi.Para pemimpin tentara Salib mendirikan Kerajaan Yerusalem (1099 – 1187) yangjuga meliputi Antiokhia, Edesssa, dan Tripoli. Secara pemerintahan daerah inidi bawah Konstantinopel, namun gerejanya di bawah Paus di Rom.

2.   Perang Salib II (1147 – 1149)                                                                                    
Malik Syah digantikan oleh Imaduddin Zanki. Ia mengumpulkan sisa-sisa kekuatan Saljuk. Namun tak lama kemudian ia meninggal. Ia digantikan oleh anaknya,
Nuruddin Zanki. Ia berhasil menumpas pemberontakan orang-orang Armenia.
Kemenangan ini membuat orang-orang Eropa Barat bangkit lagi hasratnya untuk
kembali ke dunia Timur. Seorang rahib termasyur pada zaman itu, Bernard dari Clairvux, menghasut dan mengobarkan semangat Perang Salib kepada orang-orang Eropa Barat. Yang memimpin tentara Salib adalah raja Perancis, Louis VII dan kaisar Jerman, Konrad III. Di,sini jelas sekali faktor dan motif politik semakin menonjol Namun usaha
mereka gagal untuk menguasai Damaskus dan Askalon, karena dipatahkan oleh
pasukan Nuruddin Zanki.
3. Perang Salib III (1189 – 1192)                                                                                                  
Perang ini berawal dari kekalahan tentara Salib di Palestina dekat Tiberias
(1187) dan penaklukan Yerusalem oleh Sultan Saladin dari Mesir. Tentara Salib
dipimpin oleh kaisar Jerman, Friedrich III, Barbarossa, bersama dengan raja
Inggris, Richard, dan raja Perancis, Philippe II. Raja Richard berhasil merebut
kota Akko dan ia juga mengikat perjanjian dengan Sultan Saladin. Isi perjanjiannya ialah orang-orang Kristen diperbolehkan tinggal di daerah pesisir antara Tyrus dan Jaffa, serta para peziarah diperbolehkan mengunjungi Yerusalem secara bebas.
4.  Perang Salib IV (1202 – 1204)                                                                                                     Paus Innocentius III (1198 – 1216) ingin menguasai Mesir dan mengirim tentara
Eropa Barat untuk menyerang Mesir. Ekspedisi ini dibiayai oleh pemerintah Venesia. Pasukan ini ternyata tidak pernah tiba di Palestina. Kekuatannya dipergunakan untuk menghancurkan pesaing perdagangan Venesia, yaitu Konstantinopel. Tentara Salib akhirnya menduduki dan menjarah kota Konstantinopel, lalu dijadikan kekaisaran yang takluk pada Gereja Roma.

5.   Perang Salib V (1218 – 1221)
 Perang Salib ini cukup singkat. Sebelumnya Paus Innocentinus III mendorong
usaha serangan militer ke Mesir. Paus penggantinya, Honorius III, meneruskan
usaha ini.Tentara Salib berhasil menguasai kota Damietta di pantai Mesir (1219). Akan
tetapi pada tahun 1221 kota terpaksa terlepas lagi. Pada masa inilah Fransiskus
dari Asisi memulai usahanya untuk mengabarkan Injil kepada sultan Mesir,
Al-Kamil.

6. Perang Salib VI (1248 – 1254)
Pada tahun 1244 Yerusalem diduduki kembali oleh tentara Islam. Raja Louis IX
melakukan Perang Salib dan menyerang Mesir. Pada tahun 1249 kota Damietta
diserbu, namun Louis IX gagal, dan bahkan menjadi tawanan perang. Ia berhasil
dilepaskan setelah ditebus dengan banyak uang. Ia pulang ke Perancis pada tahun
1254 [18].

7.   Perang Salib VII (1270                                                                                               
Antara tahun 1250 dan 1254 Raja Louis IX tinggal di Tanah Suci untuk membangun ulang kubu dan kekuasaan lewat usaha diplomasi, karena merasa gagal lewat
perang. Berkat status dan wewenangnya ia berhasil menjadi penguasa di Kerajaan
Yerusalem. Sebelumnya ia sempat merebut kota Damietta di Mesir pada tahun
1249 (Perang Salib VI). Namun ketika menuju Kairo pasukannya dipukul mundur dan
terserang penyakit pes. Ia sempat ditawan dan dibebaskan sebulan kemudian. Pada
tahun 1270 Louis IX kembali memimpin penyerangan ke Tunisia. Namun ia meninggal
karena terserang penyakit pes. Sultan Baybars merupakan orang pertama di antara para sultan yang berhasil menghancurkan kekuatan tentara Salib. Ia adalah keturunan Mameluk dari Mesir. Pada tahun 1262 ia membangkitkan massa Saladin untuk kembali ke Asia Barat.

  C.    Peninggal Perang Salib

Perang Salib selalu dikenang oleh bangsa-bangsa di Eropa bagian Barat dimana pada masa Perang Salib merupakan negara-negara Katolik Roma. Sungguh pun demikian, banyak pula kritikan pedas terhadap Perang Salib di negara-negara Eropa Barat pada masa Renaissance.
·         Politik dan Budaya
Perang Salib amat mempengaruhi Eropa pada Abad Pertengahan. Pada masa itu, sebagian besar benua dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan, akan tetapi pada abad ke-14, perkembangan birokrasi yang terpusat (dasar dari negara-bangsa modern) sedang pesat di Perancis, Inggris, Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon. Hal ini sebagian didorong oleh dominasi gereja pada masa awal perang salib.
Meski benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara Semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu pengetahuan di bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur diserap dari dunia Islam ke dunia Barat selama masa perang salib.
Pengalaman militer perang salib juga memiliki pengaruh di Eropa, seperti misalnya, kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan bahan dari batu-batuan yang tebal dan besar seperti yang dibuat di Timur, tidak lagi menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya. Sebagai tambahan, tentara Salib dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia, terutama Asia.
Bersama perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan sains baru mencapai timur atau barat. Kemajuan bangsa Arab termasuk perkembangan aljabar, lensa dan lain lain mencapai barat dan menambah laju perkembangan di universitas-universitas Eropa yang kemudian mengarahkan kepada masa Renaissance pada abad-abad berikutnya.

·        Perdagangan

Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara yang besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian besar tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi, terlihat mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan saja karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur. Hal ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak negara-kota di Itali yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang penting dan menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah bekas Byzantium

·        Dunia Islam

Perang salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam. Dimana persamaan antara “Bangsa Frank” dengan “Tentara Salib” meninggalkan bekas yang amat dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur Tengah sebagai “perang salib”. Perang Salib dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.
Konsekuensi yang secara jangka panjang menghancurkan tentang perang salib, menurut ahli sejarah Peter Mansfield, adalah pembentukan mental dunia Islam yang cenderung menarik diri. Menurut Peter Mansfield, “Diserang dari berbagai arah, dunia Islam berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat sensitive dan defensive……sikap yang tumbuh menjadi semakin buruk seiring dengan perkembangan dunia, suatu proses dimana dunia Islam merasa dikucilkan, terus berlanjut.”

 

·        Pegunungan Kaukasus

Di Pegunungan Kaukasus di Georgia, di dataran tinggi Khevsureti yang terpencil, ada sebuah suku yang disebut Khevsurs yang dianggap merupakan keturunan langsung dari sebuah kelompok tentara salib yang terpisah dari induk pasukannya dan tetap dalam keadaan terisolasi dengan sebagian budaya perang salib yang masih utuh. Memasuki abad ke-20, peninggalan dari baju perang, persenjataan dan baju rantai masih digunakan dan terus diturunkan dalam komunitas tersebut. Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman, yang menghabiskan 25 tahun (1842 – 1862) di pegunungan Kaukasus, percaya bahwa kelompok dari dataran tinggi Georgia ini adalah keturunan dari tentara Salib yang terakhir berdasarkan dari kebiasaan, bahasa, kesenian dan bukti-bukti yang lain. Penjelajah Amerika Richard Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan suku ini pada tahun 1935.
D. Invasi Bangsa Mongol

1. Latar belakang bangsa Mongol                                                                    

Asal mula bangsa Mongol adalah dari masyatakat hutan yang mendiami Siberia dan Mongol luar di sekitar danau pegunungan Altani tepatnya dibagian barat Laut Cina. Sebenarnya mereka itu bukanlah suku Nomad yang berpindah-pindah dari satu stepa yang lain, walaupun menaklukkan banyak stepa dengan ketangkasannya menunggang kuda. Pemimpin bangsa mongol di sebut Khan. Khan bangsa Mongol yang pertama yang diketahui dalam sejarah adalah Yesugei (w. 1175). Ia adalah ayah Jengis. Jengis aslinya bernama Temujin, seorang pandai besi yang mencuat namanya karena perselisihan yang dimenangkannya melawan Ong Khan atau Togril, seorang kepala suku Kereyt. Jengis adalah gelar bagi temujin yang diberikan kepadanya oleh sidang kepala-kepala suku Mongol yang mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun 1206, yang artinya penguasa Alam Semesta. Perlu diketahui juga bahwa bangsa Mongol adalah bangsa pemberani dan tegar dalamberperang.

 

2. Agama Bangsa Mongol                                                                                       

Bangsa Mongol tidak memeluk salah satu agama samawi dari ketiga agama Samawi. Padahal mereka hidup dan berinteraksi dengan pengikut agama Yahudi, Kristen dan Islam. Pemimpin bangsa mongol disebut dengan khan, pemimpin yang pertama adalah jengis khan, ada beberapa penyempurnaan yang dilakukan oleh jengis khan, diantaranya: {1} Jengis Khan menyempurnakan moral masyarakatnya dengan undang-undang yang dibatnya, yaitu Ilyasa atau Yasaq. {2} Disamping itu Jengis Khan juga mengatur kehidupan beragama dengan tidak boleh merugikan antara satu pemeluk agama dengan yang lainnya. Sebagai konswekwensinya, rakyat Mongol harus menghormati rajanya, ia juga mendirikan pos untuk mengetahui berita tentang kerajaannya, ia melarang penyerbuan terhadap agama.

Kepercayaan keagamaan orang-orang Mongol dan praktek ritual ibadahnya adalah mengikuti faham Shamanism, yaitu menyembah matahari dan bersujud kepadanya ketika terbit, dan diantara syariatnya adalah tidak mengharamkan apapun kepada pengikutnya untuk makan hewan apa saja yang mereka temui meskipun sudah menjadi bangkai.

 Diantara ajaran yang terdapat dalam kitab Ilyasa adalah:    

·         Barangsiapa yang melakukan hubungan di luar nikah, maka harus dibunuh,  baik yang sudah pernah menikah ataupun belum.

·         Barangsiapa yang melakukan hubungan seksual akan dibunuh.

·         Barangsiapa yang berdusta dengan sengaja, maka dibunuh.

·         Barangsiapa yang menyihir, maka akan dibunuh, dan barang siapa yang buang air kecil di air yang tidak bergerak akan dibunuh, dsb...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar