Saudaraku, Perjalanan ini memang
panjang dan melelahkan. Terkadang, mungkin kita terengah-engah kehabisan nafas
untuk terus menapakkan kaki hingga sampai ke tujuan. Terkadang, mungkin kita
terseok-seok merasa tak kuat dan hampir tertinggal oleh derap serta gerak para
kafilah da\'wah itu. Terkadang, mungkin kita tersandung dan terjatuh oleh aral
dan kesulitan perjalanan.
Saudaraku
yang dirahmati Allah,
Tak satupun di antara kita yang tak pernah
mengalami suasana perasaan seperti itu. Hampir semua kita, sekokoh apapun
kepribadiannya, pasti akan mengalami situasi lemah dan merasa kekurangan
tenaga. Memang demikianlah jiwa manusia, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah
SAW dalam salah satu hadits shahih, bahwa keimanan itu ada kalanya bertambah
dan berkurang. Ia bertambah karena amal shalih, dan berkurang karena
kemaksiatan.
Tapi
ingat saudaraku,
Selama kita berusaha berada dalam kafilah ini,
insya Allah kelemahan dan kekurangan kita tidak akan mampu menjatuhkan kita.
Selama kita tetap komitmen bergerak dalam orbit komunitas jama'ah da'wah, insya
Allah kita menerima banyak keistimewaan dan barakah. Selama kita tetap
memelihara hubungan baik dengan kafilah da'wah, insya Allah semua kelalaian dan
penyimpangan kita kemungkinan besar akan dapat diluruskan dan kembali kepada
jalan yang benar. Kesimpulannya, kita baru akan jatuh terpuruk, tenggelam, dan
terseret oleh arus yang lain, tatkala kita berada di luar arus atau orbit
jama'ah da'wah.
Salah satu barakah hidup bersama
orang-orang sholih adalah, mereka selalu mampu memberi nasihat dan pencerahan
hati bagi orang yang duduk bersamanya. "Sebaik-baik sahabat adalah,
orang yang bila engkau melihatnya, menjadi kamu mengingat Allah",
Begitulah sabda Rasulullah SAW. Renungkanlah perkataan Rasulullah tersebut.
Sekedar melihat seorang teman yang shalih akan memberi cahaya keshalihan yang
berbeda dalam diri orang yang melihatnya.
Saudaraku para kafilah da'wah,
Melihat orang lain yang lebih
tinggi kadar ibadah, zhuhud, jihad, dan ilmunya, pasti akan memberi pengaruh
yang besar dalam diri kita. Merekalah yang akan mempengaruhi zhuhud kita,
ibadah dan jihad kita. Karenanya, para sahabat generasi pertama disebut sebagai
generasi istimewa, antara lain lantaran mereka senantiasa hidup bersama
Rasululluh SAW. Ada orang salaf mengatakan, "Jika aku merasakan
kekesatan hati, maka aku segera pergi dan melihat wajah Muhammad bin Wasi'"
(Nuzhatul Fudhola, 1/526). Ibnul Mubarak juga mengatakan, "Jika
aku melihat wajah Fudhail bin Iyadh, aku biasanya menangis".
Itulah salah satu prinsip yang
dipegang oleh orang-orang shalih terdahulu. Bagi mereka, bertemu dengan
saudaranya adalah bekal spirit yang dapat membekali kebangkitan ruhani mereka. Dan
memang demikianlah yang terjadi.
Simaklah kisah yang disampaikan
oleh Ibnul Qosim, salah satu ulama fiqih di Mesir yang wafat tahun 191 H.
"Aku pernah mendatangi Imam Malik sebelum waktu fajar. Aku tanyakan dia
tentang dua masalah, tiga masalah, empat masalah, dan saya benar-benar
melihatnya dalam suasana lapang. Kemudian aku mendatanginya hampir setiap waktu
sahur. Terkadang karena lelah, mataku terkatuk dan aku tertidur. Ketika Imam
Malik keluar Mesjid aku tidak mengetahuinya. Kemudian aku dibangunkan oleh
pembantunya sambil mengatakan, "Gurumu tidak tertidur seperti kamu.
Padahal saat ini usianya telah mencapai 49 tahun. Setahuku ia nyaris tidak
shalat subuh dengan wudhu yang dipakai untuk shalat Isya'.". (Tartibul
Madarik, 3/250)."
Saudaraku,
Apa yang terlintas dan terbetik
dalam jiwa kita tatkala mendengar kisah di atas? Subhanallah.
Riwayat-riwayat seperti itu banyak disampaikan dalam atsar, sehingga sulit bagi
kita untuk tidak menerimanya sebagai suatu kebenaran. Disebutkan di sana,
wudhu' Imam Malik tidak batal sepanjang malam, dalam rentang waktu hampir
separuh abad. Kondisi seperti ini biasa dilakukan pada malam-malam musim panas.
Artinya, Imam Malik rela untuk menyedikitkan makan dan minum sepanjang hari
sehingga ia mampu memelihara wudhunya.
Salah satu salafus shalih
bercerita,"Aku pernah bangun pada waktu sahur untuk mempelajari Al
Qur'an kepada Ibnu Akhram, seorang ulama Damaskus. Tapi ternyata kehadiranku
telah didahului oleh sekitar 30 orang. Dan aku belum memperoleh giliran sampai
datang waktu ashar" (Nuzhatul Fudhola, 2/1145). Kebiasaan waktu itu,
satu orang diberi giliran untuk mempelajari Al Qur'an sekitar 2 halaman.
Lihatlah terhadap kesabarannya yang luar biasa untuk menanti giliran membaca 2
halaman Al Qur'an dari sebelum fajar hingga waktu ashar. Yang lebih
mengherankan lagi, kedatangannya sebelum fajar telah didahului oleh kurang
lebih 30 orang.
Saudaraku,
Membaca dan menelaah peri hidup
orang-orang shalih juga mempu membangkitkan semangat baru dalam diri kita. Bisa
dikatakan, membaca dan menelaah peri hidup mereka, hampir sama dengan kita
menziarahi dan berhadapan dengan mereka sehingga kitapun menerima barokah dari
Allah karenanya.
Karenanya Imam Abdul Jauzi Ra
mengatakan, "Aku berlindung kepada Allah dari peri hidup orang yang
tidak punya cita-cita tinggi hingga bisa diteladani oleh orang lain yang tidak
punya sikap wara' yang bisa ditiru oleh orang yang ingin berzuhud. Demi Allah,
hendaklah kalian mencermati peri laku suatu kaum, mendalami sifat dan berita
tentang mereka. Karena dengan memperbanyak meneliti kitab-kitab mereka adalah
sama dengan melihat mereka. Bila engkau mengatakan telah mendalami 20.000 jilid
buku, berarti engkau telah melihat mereka melalui kajian engkau terhadap
tingkat semangat mereka, kepandaian mereka, ibadah mereka, keistimewaan ilmu
yang tidak pernah diketahui oleh orang yang membacanya........"
(Qimatuz zaman ‘indal ‘ulama: 31).
Saudaraku,
Seringlah mengunjungi saudaramu
dalam jalan ini. Jangan jauhkan mereka dari hati. Sering-seringlah berkunjung, bertatap
muka, dan memandang wajah mereka. Di sanalah engkau akan menemui berkah hidup
berjama'ah yang dapat memberi bekal bagi jiwa agar kita dapat melanjutkan
perjalanan ini sampai tujuan terakhir ............ Ridho Allah dan Syurga-Nya.
( Dikutip dari : Muhammad Nursani
- Tarbawi Edisi 10 Th. II )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar